Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

La Lu Lana


[Artikel 11#, kategori kucing] Saya berharap menemukan pengasuh untuk ketiga kucing yang saya namai Lala Lulu dan Lana ini (La Lu Lana). Umur ketiganya sudah 1 bulan lebih hingga tulisan ini saya buat.

Semakin hari, saya menyayangi mereka. Wajar ketika masa anak-anak yang masih lucu-lucunya menjadi daya tarik tersendiri. Gemes, dan tidak ingin berpisah rasanya.

Pemberian nama mereka tak ada sesuatu yang spesial untuk dikenang atau memiliki sejarah. Nama mereka meluncur begitu saja dalam pikiran beberapa hari sebelum tulisan ini saya posting di blog.

La Lu Lana, mungkin cara menyebutnya saja yang terdengar mudah dan enak terdengar. Ketiganya tidak murni berbulu warna putih (persia), mengingat sang induk kawin dengan kucing biasa.

Menunggu pengasuh

Lulu dengan induknya (Pupu)

Jujur, saya sendiri bukanlah seorang maniak kucing atau orang yang benar-benar menyukai kucing (merawat hingga ke dokter). Saya hanya terlibat dalam momen beberapa tahun lalu dari tuan rumah yang dulunya diberi kucing oleh temannya.

Si tuan rumah tidak lagi mengurusi kucing-kucing dan saya yang berakhir mengurusin itu semua (keluarga Tinky Winky).

Ketiga anak kucing ini seperti anak kucing sebelumnya akan saya berikan bila ada yang mau mengasuhnya. Alasan saya sederhana melepaskan mereka, yakni sudah terlalu banyak kucing di rumah.

Saya memikirkan bagaimana pendapatan saya yang tidak besar untuk seorang bloger dapat membiayai makan semua kucing.

 Bermain bersama si Papay (adek dari si induk)
Masih kurang 1 lagi yang jarang mau bareng, yaitu si ibu rumah tangga (Tinky)
..

Salah satu keuntungan memelihara kucing adalah kita memiliki teman. Kadang waktu senggang kita yang tak berguna atau galau, dengan bermain bersama binatang peliharaan seperti kucing, dapat memberikan hal positif dan juga menyenangkan.

Saya harap, La Lu Lana segera menemukan pengasuh barunya.
*Lihat foto-foto album keluarga #TinkyFamily di sini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya