Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Big Brother, Film Tentang Mantan Tentara yang Menjadi Guru
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
[Artikel 4#, kategori movie] Penggemar Donnie Yen tentu tak akan melewatkan film berdurasi 101 menit ini. Meski datang dengan sisi drama berlatar Sekolahan, pertunjukkan petarungan yang super seru pasti akan dinantikan. Sudah nonton film ini?
Dipikir-pikir, lama juga tidak berbagi tentang tontonan saya di blog ini. Dan saya baru sadar pengunjung kategori film memiliki sambutan baik dari sisi penayangan atau views. Semoga saya bersemangat untuk ini.
Mantan murid nakal
Jika kamu berharap di awal bahwa postingan ini akan menjadi ulasan atau review film Big Brother (2018), maka hentikan membaca ini. Karena saya tak begitu pandai mengulas film.
Namun saya akan berbicara tentang bagaimana sudut pandang saya untuk film ini yang tanpa sadar film yang tayang di bioskop-bioskop tanah air ini banyak menampilkan kesedihan saya sebagai penonton.
Film ini benar-benar membuat saya selalu terharu, sangat berbeda dengan film Donnie Yen pada umumnya yang saya tonton. Aneh rasanya.
Alur film yang maju mundur pada akhirnya membawa pada satu rahasia mengapa Donnie Yen memutuskan menjadi guru di Sekolah yang ia datangin nasibnya kurang baik.
Ya, dia adalah mantan murid dari Sekolah ini. Sangat nakal dan sulit diatur. Dalam kisahnya, Donnie yang berperan sebagai Henry Chen masuk dalam Sekolah Militer.
Kelas yang diisi murid-murid bermasalah
Henry mengajar kelas yang dianggap sulit ditaklukkan oleh para guru. Ini mengingatkan saya pada film Great Teacher Onizuka, guru yang dianggap keren dengan tingkahnya karena aksi keberaniannya.
Permasalahannya bukan saja pada kelasnya, namun pada kelima murid yang bisa dikatakan paling bermasalah. Mereka benar-benar perlu dibantu dan di sinilah peran seorang guru hadir. Saya yakin, ini hanya di film saja. Tak percaya ada guru seperti ini. Bila ada, mungkin bisa dihitung.
Perkelahian yang ditunggu
Ini yang saya tunggu, sebuah pertarungan dari Donnie Yen dengan banyak lawan. Sebagai seorang guru membayangkan berkelahi itu tidak mungkin rasanya.
Karena latar belakang si guru yang menjadi tentara, saat pertarungan melihat aksinya dengan tubuh yang sebagian memiliki tatto, tentu ini luar biasa.
Alasan petarungan demi menyelamatkan murid membuat si guru menjadi terkenal dan dihormati para murid. Bantuan yang dilakukan memang bukan soal pertarungan saja, namun bagaimana tanggung jawab guru saat di luar Sekolah.
...
Masih banyak hal menarik dari film yang disutradarai oleh Ka-wai Kam ini. Tentu saja kamu harus menontonnya langsung untuk lebih jelasnya.
Saya sendiri menontonnya bukan dari bioskop, haha...saya agak pelit beberapa tahun belakangan ini. Streaming masih jadi rekomendasi untuk saya menontonnya.
Bila kamu berpikir ada guru gila dengan kemampuan bela diri di atas rata-rata dan mengajar murid bermasalah, maka Big Brother patur masuk dalam daftar tontonanmu. Saya merekomendasikannya.
Begini rasanya ketika mertua datang ke rumah, nggak enakan. Padahal, cuma menjenguk cucu kesayangan. Tapi rasa malas yang biasa dirasakan sebelum nikah, berubah rasa risih. Serba salah, pokoknya.
[Artikel 17#, kategori Tips] Saya sudah menghitung kira-kira berapa kuota yang dihabiskan untuk menonton siaran langsung sepakbola via streaming. Tentu Anda sekarang bisa mengukur biaya untuk menghabiskan kuota apabila tim kesayangan Anda akan bertanding hari ini.
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Postingan ini terinspirasi dari komentar dari dalam blog ini sendiri. Padahal dari awal, blog merupakan tempat personal branding seseorang. Bila digunakan untuk personal, ia biasanya akan mengisinya dengan curhat, portofolio dan aktivitas. Bagi perusahaan, blog merupakan cerita dibalik mereka sendiri.
Pernah merasakan manisnya dikejar gebetan yang tak menghiraukan bagaimana sakitnya setelah putus suatu hari nanti. Dan akhirnya mereka menjadi pasangan yang selalu setia, pandai mendengar, selalu memberi motivasi untuk saling menguatkan dan menceritakan hal-hal kecil yang tak pernah mereka ceritakan kepada orang lain. Kini setelah putus, jangan berharap cerita manis diawal akan sama. Perlu diketahui terlebih dahulu, sifat buruk ini bukan berarti semua pria diumur 29 tahun akan sama. Ini sebuah judul yang menarik dan penulisnya saja yang mengalami. So, baca saja ceritanya. Kamu seperti kekanak-kanakan, deh. Kenapa tiap punya mantan, hobinya ngajakin balikan. Tiba-tiba saja kalimat tersebut terlontar dalam sebuah pesan singkat yang terkirim buat saya yang memang berusaha berkomunikasi dengan mantan. Seperti kena serangan jantung tiba-tiba. Dan saya membencinya, marah dan kesal. Marahnya kepada momen yang waktu ia sampaikan. Saya memang bermaksud berbaikan dengan mant...
Komentar
Posting Komentar