[Artikel 82#, kategori aktivitas] Tidak terbayang sebenarnya dipikiran bahwa jam segitu masih berada di museum Ranggawarsita. Kalau dipikir dengan normal, tentu aneh. Lawong museum tutup sebelum jam 6 sore. Tapi saya bersyukur itu bukan malam jumat.
Sabtu siang (29/9) saya sudah berada di Sam Poo Kong yang sedang menjadi tuan rumah acara Pagelaran Pengantin Semarangan dan kuliner. Saya datang hanya dalam rangka tertarik konten, bukan sebagai undangan.
Saya bersyukur menjadi bloger, karena saya bisa masuk ke sini tanpa membeli tiket. Ini bukan tanpa alasan, karena saya sudah konfirm ke panitia acara (penyelenggara).
Banyak hal menarik tentunya di sini, terutama informasi tentang filosofi pakaian pengantin Semarangan. Nanti saya taruh di blog dotsemarang saja.
Jam setengah 12 dengan rasa lelah
Saya tidak menyangka bahwa saya akhirnya memilih acara di museum Ranggawarsita yang mengadakan malam grand final pemilihan duta wisata Jawa Tengah tahun 2018.
Apalagi malam minggu jam 7 malam, waktunya bersamaan dengan acara, ada pertandingan Manchester United. Ini tidak boleh dilewatkan, kecuali kalau saya ketiduran saja.
Pakaian batik sudah saya persiapkan di dalam tas untuk acara di museum. Alasan kuat saya datang karena undangan. Meski saya tidak suka mendadak diberikan, saya menghormati acara ini dan orang yang berusaha menghubungi saya.
Setelah dirasa harus pergi ke museum, jam setengah 7 malam saya keluar dari Sam Poo Kong. Kali ini tidak membawa sepeda, karena lokasinya bukan saja jauh tapi waktunya juga dirasa tidak memungkinkan.
Saya tiba tepat waktu dan sudah berganti di kamar mandi depan museum. Maafkan saya jika kali ini tidak mandi untuk sebuah acara resmi. Modal pakaian ganti (batik) yang sebelumnya dari Sam Poo Kong hanya pakai kaos dan celana setengah tiang.
Lagi-lagi waktu acara keluar dari waktu yang seharusnya dimulai. Dan ini juga terjadi pada acara yang berlangsung siang tadi. Entah ada apa dengan acara yang saya datangi hari ini.
Sebelum acara dimulai, saya bersyukur jika di acara ada makanan yang disajikan prasmanan. Namun sayangnya tidak ada kopi untuk menghilangkan rasa kantuk ketimbang rasa lapar.
Waktu terus berjalan, dan sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Saya ingin terus bertahan sebenarnya hingga selesai. Tapi dipikir lagi, ini hanya undangan dan bukan kerja sama atau tugas liputan. Semacam kewajiban yang sepertinya tidak perlu dipatuhi, meski dari sisi konten menarik.
Pikiran saya masih bertahan dan kata hati saya berperang. Sudah pulang saja, lagian ini gak ada bayaran juga. Semakin malam, makin sulit nemukan driver Ojek online takutnya.
Ya, saya menyerah dengan pemikiran itu.
Jam 11 malam saya sudah menunggu di pintu masuk museum menunggu OJOL. Ada kejadian menarik waktu itu yang membuat saya harus memesan tiga sekaligus.
Yang pertama datang, malah motornya mogok. Akhirnya saya disuruh cancel. Yang kedua, sudah diambil tapi tak datang-datang. Jam sudah menunjukkan jam 11 malam lebih.
Dan terakhir, akhirnya datang dan mengantarkan saya sampai rumah. Dalam perjalanan rupanya driver kedua yang saya pesan tanpa kabar lebih dari 20 menit menghubungi.
Dikiranya saya masih memesan dia dan akhirnya disuruh cancel juga. Padahal posisi saya sudah dalam perjalanan pulang dengan driver ketiga.
Alhamdulillah sampai rumah juga yang waktunya hampir jam 12 malam. Luar biasa hari ini. Selain kantuk yang luar biasa, kebiasaan tidur di bawah jam 8 malam, tubuh lelah seharian itu sungguh tidak bisa dikatakan normal lagi sebagai bloger.
...
Membayangkan jam setengah 12 malam di museum jika tidak acara tentu bukan sebuah pilihan. Karena ada acara, suasana masih terlihat ramai. Kabar terbaru yang saya dapatkan dari teman yang juga hadir, acara selesai jam setengah 1 malam. Dan itu belum selesai.
Oh ya, satu lagi alasan saya tetap memutuskan pulang meski acara belum selesai di museum adalah besok pagi (minggu) saya masih ada acara lagi. Pilihannya tentu harus pulang.
Dan saya baru sadar, jumlah pengeluaran saya satu hari itu sudah menghabiskan separuh lebih uang satu minggu saya untuk sehari-hari.
*Saya menyakini bahwa pengorbanan ini yang tak seberapa adalah bagaimana saya terus berusaha dan belajar untuk lebih baik. Kerja keras dan menghargai, hanya ini yang bisa saya akhiri sebagai sebuah pelajaran dari aktivitas ini.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar