Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

dotsemarang Kembali Jadi Media Partner Festival Kota Lama 2018


[Artikel 90#, kategori dotsemarang] Ini tahun kedua dotsemarang kembali menjadi media partner acara yang rutin digelar di Kota Lama. Bangga, tentu saja. Terutama kontribusi saya sebagai bloger di sini. Namun saya banyak kehilangan sesuatu ternyata kali ini. Apakah itu?

Festival Kota Lama 2018 masih digelar di bulan September dan di lokasi yang sama, kawasan Kota Lama. Tapi lokasi sebenarnya sedikit berbeda dari tahun sebelumnya yang ditaruh di dekat Polder Tawang. Kali ini ditaruh di jalan Cendrawasih.

4 hari ke Kota Lama tiap sore

Saya baru merasakan sekarang, bagaimana pantat saya ternyata bisa nyeri juga. Entah apakah pengaruh umur atau memang terlalu sering bersepeda. 

Selama penyelenggaraan dari tanggal 20 - 24 September, tiap sore saya berada di lokasi. Menyenangkan bertemu dengan orang-orang yang lama tidak pernah bertemu, bernostalgia dan bercerita tentang masa lalu yang kelam yang malah jadi cerita lucu.

Acara yang mengusung konsep festival ini memang lebih panjang dari sekedar acara yang berlangsung di mal-mal yang saya biasa datangi. Saya tak berharap dapat tempat kursi duduk karena bersepeda membuat saya kebanyakan duduk.

Hari pertama hujan, naas sebenarnya. Apalagi waktu pulang yang agak dingin dari biasanya. Saya banyak berkenalan dengan orang baru selama acara. Bagaimana motivasi mereka ikutan, kreativitas dalam membuka stan, produk yang ditawarkan hingga bagaimana cerita sejarah mereka.


Kehilangan konsentasi

Hari ini (24/9) setelah acara berakhir pikiran saya sempat berbicara pada diri saya untuk berhenti melakukan aktivitas seperti ini, menjadi media partner.

Harus saya akui, saya benar-benar kehilangan konsentrasi. Terutama konten di luar acara Festival yang ingin saya kombinasikan agar tidak menoton. 

Selain kehilangan banyak momentum memposting blog, manajemen media sosial juga tak kalah bermasalah. Melakukannya seorang diri dengan manajemen waktu yang biasa, untuk kali ini, saya tidak bisa alias nggak sanggup.

Media partner itu 

Tahun 2017, pertama kali menjadi media partner, banyak media yang berpartisipasi menjadi media partner. Tahun ini, bisa dikatakan sedikit.

Festival Kota Lama tahun ini sepertinya sedikit terbantu dengan kehadiran Genpi Jateng yang tahun lalu pernah menjadi media partner, namun tahun ini tidak.

Orang-orang yang berada di dalam Genpi Jateng merupakan orang-orang hebat yang terbiasa mengangkat sesuatu menjadi viral di media sosial. Kemampuan itu, saya pikir dapat membantu acara ini.

Apalagi sebagian besar Genpi, merupakan bloger yang saya kenal yang beberapa tahun belakangan menjadi buzzer. Ya, saya berharap berkah dari mereka.

Menjadi media partner itu memang pekerjaannya lebih berat dan merupakan kewajiban untuk berada di lokasi, memberitakan dan menyebarkan informasi. Dua kali lipat pekerjaan yang dilakukan tentunya.

Di luar bagaimana sudut pandang tentang media partner, tujuan saya masih sama dari awal membangun dotsemarang yang awalnya sebuah komunitas. Saya ingin berkontribusi untuk Semarang meski itu kecil. Saya benar-benar mencintai pekerjaan ini.

Saya berharap mendapat nasi kotak

Hari terakhir acara Festival, petugas yang berada di lokasi acara lebih banyak dari biasanya. Pemikiran saya tiba-tiba saja datang saat melihat para petugas membawa nasi kotak buat rekan-rekannya. Adakah sisa buat saya? Haha..

Selama gelaran festival, saya tidak menyelesaikan acara hingga selesai. Batasan waktu yang sudah saya lakukan beberapa tahun, tidur di bawah jam 8 malam, rupanya sangat berpengaruh.

Belum lagi perut lapar dan haus, yang ikut terpengaruh setiap lewat stan kuliner. Botol minuman yang saya bawa selalu habis saat tiba di lokasi. Apakah harus membawa lebih?

Ya, ini cuma harapan saja saat melihat orang lain di sana (lokasi). Saya tidak boleh kalah, dengan voulenter atau panitia, batin saya membantu menenangkan. Dan ketika pulang ke rumah, bisa makan melihat nasi masih ada itu semacam kemewahan tersendiri setiap pulang dari acara.

Instagram indriani10.04
..

Sebagai pemilik blog (saya ingin mengurangi istilah blogger), bukan hanya kehilangan konsentrasi saja pada dotsemarang, blog personal saya ini saja tidak saya sentuh beberapa hari.

dotsemarang sudah berupaya melakukan yang terbaik, terutama dari sisi media sosial dan postingan blog. Memang tidak begitu besar dampaknya, namun buat saya sebagai bloger, saya berharap dampak kecil ini bermanfaat untuk perkembangan kota Semarang.

Apakah tahun depan berarti fokus pada konten ketimbang menjadi media partner? Entahlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh