Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Belajar Tidak Cuek dari Bangkai Cicak


Menjadi cuek itu menjengkelkan rupanya, terutama untuk hal sangat sederhana. Apakah orang yang cuek itu tidak melihat apa yang terjadi disekitarnya? Apakah itu disengaja atau sebaliknya. Saya belajar hal ini dari sini.

Bangkai cicak mati yang sudah mengering berada dekat tas yang letaknya sangat berdekatan. Dan itu di kamar. Pemilik tas seperti tak melihat di sana kalau ada cicak mati. Saya membiarkannya dengan harapan, ia membuangnya karena berada di dekat tasnya.

Seminggu terlewati, tas dan cicak masih berada di tempat pertama yang saya lihat. Apakah ini nasib saya untuk segera membuangnya. Tidak-tidak, saya masih ingin mengontrol diri untuk melihat apakah pemilik tas melihatnya atau tidak.

Pergi ke luar kota

Tasnya sudah berpindah dan digunakan oleh pemiliknya yang akan pergi ke luar kota. Anehnya, bangkai cicak yang tergelatak seperti gambar tidak dibuang. Aneh rasanya jika itu disengaja agar saya membersihkannya.

Pemilik akhirnya pergi membawa tasnya dan benar-benar tidak peduli dengan bangkai cicak yang ada di sana. Terpaksa akhirnya saya juga yang membuangnya setelah hampir dua minggu dari pertama saya melihatnya.

Belajar tidak cuek

Saya memikirkan diri sendiri layaknya orang sedang bermeditasi. Apakah ini pelajarannya dari kejadian yang saya alami ini. Yang di depan kelopak mata tak terlihat dan di bawah kaki seolah tak terinjak.

Begini rasanya melihat orang yang cuek untuk sesuatu yang sederhana. Mau marah, kesal, bahkan menghardik lalu melemparkan bangkai cicak ke dalam tas si pemilik harusnya saya lakukan. Tapi ini hanya merugikan saya yang selama ini sebagai penonton tapi terus menunggu si pemilik peka sendiri.

Ya, bila kamu berpikir seharusnya saya saja yang membersihkan, maka kamu benar dari sudut pandangmu. Namun bukan itu pembelajaran yang saya ingin dapatkan.

Saya tahu, saya menemukan lagi sifat kekurangan manusia yang memang pada umumnya juga dimiliki. Saya ingin terus belajar dari apa yang saya temukan dalam keseharian. 

Seluruh emosi saya akhirnya tersampaikan dalam postingan ini. Apakah diam itu emas, mungkin saja? Sebagai manusia, saya coba untuk tidak lelah menahan diri bahwa kebaikan itu memang sulit dilakukan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh