Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Belajar Tidak Cuek dari Bangkai Cicak


Menjadi cuek itu menjengkelkan rupanya, terutama untuk hal sangat sederhana. Apakah orang yang cuek itu tidak melihat apa yang terjadi disekitarnya? Apakah itu disengaja atau sebaliknya. Saya belajar hal ini dari sini.

Bangkai cicak mati yang sudah mengering berada dekat tas yang letaknya sangat berdekatan. Dan itu di kamar. Pemilik tas seperti tak melihat di sana kalau ada cicak mati. Saya membiarkannya dengan harapan, ia membuangnya karena berada di dekat tasnya.

Seminggu terlewati, tas dan cicak masih berada di tempat pertama yang saya lihat. Apakah ini nasib saya untuk segera membuangnya. Tidak-tidak, saya masih ingin mengontrol diri untuk melihat apakah pemilik tas melihatnya atau tidak.

Pergi ke luar kota

Tasnya sudah berpindah dan digunakan oleh pemiliknya yang akan pergi ke luar kota. Anehnya, bangkai cicak yang tergelatak seperti gambar tidak dibuang. Aneh rasanya jika itu disengaja agar saya membersihkannya.

Pemilik akhirnya pergi membawa tasnya dan benar-benar tidak peduli dengan bangkai cicak yang ada di sana. Terpaksa akhirnya saya juga yang membuangnya setelah hampir dua minggu dari pertama saya melihatnya.

Belajar tidak cuek

Saya memikirkan diri sendiri layaknya orang sedang bermeditasi. Apakah ini pelajarannya dari kejadian yang saya alami ini. Yang di depan kelopak mata tak terlihat dan di bawah kaki seolah tak terinjak.

Begini rasanya melihat orang yang cuek untuk sesuatu yang sederhana. Mau marah, kesal, bahkan menghardik lalu melemparkan bangkai cicak ke dalam tas si pemilik harusnya saya lakukan. Tapi ini hanya merugikan saya yang selama ini sebagai penonton tapi terus menunggu si pemilik peka sendiri.

Ya, bila kamu berpikir seharusnya saya saja yang membersihkan, maka kamu benar dari sudut pandangmu. Namun bukan itu pembelajaran yang saya ingin dapatkan.

Saya tahu, saya menemukan lagi sifat kekurangan manusia yang memang pada umumnya juga dimiliki. Saya ingin terus belajar dari apa yang saya temukan dalam keseharian. 

Seluruh emosi saya akhirnya tersampaikan dalam postingan ini. Apakah diam itu emas, mungkin saja? Sebagai manusia, saya coba untuk tidak lelah menahan diri bahwa kebaikan itu memang sulit dilakukan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun