Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ketagihan Menjadi Kiper


[Artikel 29#, kategori futsal]  Jumat kedua bulan Maret, penghuni lapangan lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan terbagi menjadi dua tim. Itu patut dirayakan pastinya. Saya pun sudah mengambil posisi dibawah mistar.

Menjadi kiper akhir-akhir ini, setiap awal bermain, membuat saya semakin ketagihan. Tubuh saya semakin menerima berbagai tendangan yang menuju ke arah saya. Loncat sana, loncat sini. Terjang sana, terjang sini.

Seperti ada kepuasan saat tubuh terjatuh. Bahkan rasa sakit saat bola langsung menerjang wajah, saya anggap sebagai cobaan yang namanya penjaga gawang.

Meski menikmati, saya tidak dapat menjaga keperawanan gawang. Tidak mudah untuk seorang kiper pastinya. Bahkan saya terkadang kebobolan dengan bola-bola konyol yang sangat mudah dikirim pemain lawan.

Ketika keringat mulai bercucuran disekitar kening kepala dan rambut, saya memahami bahwa menjadi kiper, meski seolah hanya berada di depan gawang, membutuhkan tenaga yang banyak. Khususnya konsentrasi.

Perasaan lelah rupanya menghinggapi, meski tidak separah saat bermain tentunya.

Dampak buruknya

Saya tidak tahu bahwa saat kembali menjadi pemain di lapangan, bukan kiper, permainan saya berpengaruh. Sangat buruk dan buruk.

Saya banyak kehilangan konsentrasi, bahkan tenaga hingga sentuhan di kaki. Bola suka tidak dapat dijangkau, bahkan terlepas layaknya pemain pemula. Sungguh ironi.

Sampai-sampai sebuah keputusan bodoh saat berhasil mencuri bola dari pergerakan kiper yang berusaha maju, seharusnya saya bica mencetak gol karena gawangnya kosong, tidak mampu saya lakukan. Tang! Bola kena tiang. Bodoh ...dan bodoh.

...

Mencoba berbagai posisi dalam permainan futsal memang menyenangkan. Tapi kadang juga, membuat kita lupa daratan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya