Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketagihan Menjadi Kiper


[Artikel 29#, kategori futsal]  Jumat kedua bulan Maret, penghuni lapangan lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan terbagi menjadi dua tim. Itu patut dirayakan pastinya. Saya pun sudah mengambil posisi dibawah mistar.

Menjadi kiper akhir-akhir ini, setiap awal bermain, membuat saya semakin ketagihan. Tubuh saya semakin menerima berbagai tendangan yang menuju ke arah saya. Loncat sana, loncat sini. Terjang sana, terjang sini.

Seperti ada kepuasan saat tubuh terjatuh. Bahkan rasa sakit saat bola langsung menerjang wajah, saya anggap sebagai cobaan yang namanya penjaga gawang.

Meski menikmati, saya tidak dapat menjaga keperawanan gawang. Tidak mudah untuk seorang kiper pastinya. Bahkan saya terkadang kebobolan dengan bola-bola konyol yang sangat mudah dikirim pemain lawan.

Ketika keringat mulai bercucuran disekitar kening kepala dan rambut, saya memahami bahwa menjadi kiper, meski seolah hanya berada di depan gawang, membutuhkan tenaga yang banyak. Khususnya konsentrasi.

Perasaan lelah rupanya menghinggapi, meski tidak separah saat bermain tentunya.

Dampak buruknya

Saya tidak tahu bahwa saat kembali menjadi pemain di lapangan, bukan kiper, permainan saya berpengaruh. Sangat buruk dan buruk.

Saya banyak kehilangan konsentrasi, bahkan tenaga hingga sentuhan di kaki. Bola suka tidak dapat dijangkau, bahkan terlepas layaknya pemain pemula. Sungguh ironi.

Sampai-sampai sebuah keputusan bodoh saat berhasil mencuri bola dari pergerakan kiper yang berusaha maju, seharusnya saya bica mencetak gol karena gawangnya kosong, tidak mampu saya lakukan. Tang! Bola kena tiang. Bodoh ...dan bodoh.

...

Mencoba berbagai posisi dalam permainan futsal memang menyenangkan. Tapi kadang juga, membuat kita lupa daratan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh