Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Mabuk Perjalanan atau Mabuk Cinta


[Artikel 25#, kategori Cinta] Hari ini langit cerah sekali dan menggambarkan betapa indahnya setiap hari karena saya sedang dimabuk cinta. Apapun dilakukan karena seorang wanita. Namun, tidak berapa lama. Perasaan bahagia itu tiba-tiba berubah malapetaka. Masalah saya datang lagi saat saya ngotot berdiri dalam perjalanan menggunakan bus.

Tujuan saya kali ini seperti adegan film Ada Apa Dengan Cinta. Bandara dan sebuah cinta. Saya sudah menyiapkan kejutan untuk dia yang sebelumnya gagal diwujudkan.

Setelah urusan selesai pagi harinya, saya bergegas menuju halte. Ingin sekali saya tiba lebih awal dengan pikiran tidak terlambat. Namun saldo Gopay belum cukup. Oke, bus saja saya pikir. Waktu yang saya ambil juga masih lama.

Bangku kosong yang tidak disentuh

Setelah masuk ke dalam bus, saya melakukan pembayaran dengan Gopay. Potongan harga hingga 50% cukup membuat saldo Gopay dapat digunakan.

Waktu terus berlalu, penumpang mulai silih berganti turun. Bangku kosong semakin banyak untuk seharusnya saya tempati. Bahkan petugas menyuruh saya untuk menempelkan pantat saya di sana, bangku kosong.

Entah itu apakah awal kesombongan yang mengakibatkan mabuk perjalanan saya kambuh. Kesombongan karena perasaan jatuh cinta yang berakhir pikiran dan perut tidak karuan.

Mabuk perjalanan yang buat dilema

Keceriaan itu sirna meski halte bandara baru yang saya incar tak dapat memberikan dampak bahagia. Saya bergegas masuk ke bandara, mencari minimarket yang jualan obat mual. 

Maksudnya berhemat, malah berakhir tamat. Harga obat di bandara tentu saja berlipat-lipat. Entahlah, kenapa mabuk perjalanan yang saya derita sejak kecil ini terus menggerogoti tubuh saya.

Apalagi saya lupa mengantisipasi dengan minum obat sebelum naik bus. Ya, saya melakukannya tiap naik kendaraan. Dan apesnya, kali ini lupa.

Maksud hati memberikan kejutan cinta, malah terjadi kejadian yang tidak mengenakkan hati. Padahal saya sudah membayangkan yang indah-indah dan sebuah kejutan yang saya bawa di dalam tas.

...

Demi cinta kadang hal tak biasa dilakukan. Memang belum luar biasa seperti insan lain yang kasmaran di luar sana. 

Setidaknya saya punya cerita di masa depan bahwa saya mengalami hal ini hanya untuk membangun masa depan dengan seorang wanita. Meski saya tidak tahu bagaimana akhirannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya