Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Mabuk Perjalanan atau Mabuk Cinta


[Artikel 25#, kategori Cinta] Hari ini langit cerah sekali dan menggambarkan betapa indahnya setiap hari karena saya sedang dimabuk cinta. Apapun dilakukan karena seorang wanita. Namun, tidak berapa lama. Perasaan bahagia itu tiba-tiba berubah malapetaka. Masalah saya datang lagi saat saya ngotot berdiri dalam perjalanan menggunakan bus.

Tujuan saya kali ini seperti adegan film Ada Apa Dengan Cinta. Bandara dan sebuah cinta. Saya sudah menyiapkan kejutan untuk dia yang sebelumnya gagal diwujudkan.

Setelah urusan selesai pagi harinya, saya bergegas menuju halte. Ingin sekali saya tiba lebih awal dengan pikiran tidak terlambat. Namun saldo Gopay belum cukup. Oke, bus saja saya pikir. Waktu yang saya ambil juga masih lama.

Bangku kosong yang tidak disentuh

Setelah masuk ke dalam bus, saya melakukan pembayaran dengan Gopay. Potongan harga hingga 50% cukup membuat saldo Gopay dapat digunakan.

Waktu terus berlalu, penumpang mulai silih berganti turun. Bangku kosong semakin banyak untuk seharusnya saya tempati. Bahkan petugas menyuruh saya untuk menempelkan pantat saya di sana, bangku kosong.

Entah itu apakah awal kesombongan yang mengakibatkan mabuk perjalanan saya kambuh. Kesombongan karena perasaan jatuh cinta yang berakhir pikiran dan perut tidak karuan.

Mabuk perjalanan yang buat dilema

Keceriaan itu sirna meski halte bandara baru yang saya incar tak dapat memberikan dampak bahagia. Saya bergegas masuk ke bandara, mencari minimarket yang jualan obat mual. 

Maksudnya berhemat, malah berakhir tamat. Harga obat di bandara tentu saja berlipat-lipat. Entahlah, kenapa mabuk perjalanan yang saya derita sejak kecil ini terus menggerogoti tubuh saya.

Apalagi saya lupa mengantisipasi dengan minum obat sebelum naik bus. Ya, saya melakukannya tiap naik kendaraan. Dan apesnya, kali ini lupa.

Maksud hati memberikan kejutan cinta, malah terjadi kejadian yang tidak mengenakkan hati. Padahal saya sudah membayangkan yang indah-indah dan sebuah kejutan yang saya bawa di dalam tas.

...

Demi cinta kadang hal tak biasa dilakukan. Memang belum luar biasa seperti insan lain yang kasmaran di luar sana. 

Setidaknya saya punya cerita di masa depan bahwa saya mengalami hal ini hanya untuk membangun masa depan dengan seorang wanita. Meski saya tidak tahu bagaimana akhirannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh