[Artikel 102#, kategori dotsemarang] Saya memikirkan ini ketika diri saya tidak dapat mengikuti salah satu agenda Semarang yang berada di Desa Wisata Kandri tahun ini. Uang di dompet hanya cukup untuk iuran futsal sekali main.
Nasib saya benar-benar mengecewakan. Satu sisi menginginkan konten menarik yang dapat ditaruh di blog, satu sisi lagi kehabisan perbekalan alias uang. Ke sana tentu butuh transprortasi. Naik sepeda, jangan berpikir yang tidak-tidak.
Jangan berharap bahwa menjadi bloger itu seperti bayangan artikel-artikel yang menginspirasi. Jutaan dalam perbulan dan bla-bla.
Sebenarnya tidak perlu disebut bloger untuk sekedar mendapatkan uang dari internet. Kalau hanya mengandalkan website, bisa membuat situs komik online atau download film. Iklannya banyak juga di sana. Itu karena kunjungan hariannya di atas 500 ribu.
Tidak mungkin itu disebut bloger. Sesungguhnya istilah bloger yang saya yakini adalah seseorang yang menulis atau memposting halaman blog/website dengan cara menceritakan sudut pandangnya. Memberi persepsi, atau menambahkan emosi.
Donasi, apakah buruk?
Kelihatannya sangat buruk saat saya bicara dengan seseorang. Untuk apa orang berdonasi untuk blog dotsemarang? Buat apa dan bla-bla.
Saat berpikir bagaimana mengelola blog dan bercerita ini, saya malah disuruh mencari kerja lain dan atau mengirimkan proposal untuk tempat yang ingin saya kunjungi.
Untuk bekerja di tempat lain, saya sudah tidak berminat. Untuk bekerja sama, ini bukan saya yang dulu. Jika dulu mungkin bisa, sekarang saya pikir itu tidak mungkin.
Dengan donasi, saya pikir bisa membantu saya terus mengeksplore Kota Semarang dengan beragam informasi tanpa perlu ikatan dari berbagai pihak.
Dengan donasi, saya tidak perlu memikirkan anggaran internet tiap bulan agar saya terus berkarya dan tidak repot urusan koneksi.
Dengan donasi, saya bisa pergi ke bioskop untuk mengisi konten film Indonesia yang saya taruh di akun Kofindo maupun blog dotsemarang.
Waktu jaman Kofindo, hampir 3 tahun saya pergi ke bioskop tiap hari kamis dengan biaya sendiri. Saat ini, saya kesulitan keuangan. Tidak mungkin mengatakan orisinal konten karena uang bisa lebih baik. Saya perlu masuk ke dalam agar bisa menulis. Mana bisa tidak masuk lalu mengulas. Dan itu butuh tiket masuk yang harus dibayar.
Dengan donasi, saya bisa menikmati secangkir kopi di tempat-tempat nongkrong baru yang ada di Semarang. Jangankan masuk, tanpa uang untuk duduk sekedar ngopi itu rasanya memalukan. Apalagi saya bantu promosikan.
Saya tidak ingin mengirimkan proposal kepada tempat yang saya kunjungi dengan alasan promosi. Saya bukan bloger keren atau hebat. Saya tidak ingin dianggap bloger gratisan untuk sekedar duduk manis di sana. Semarang banyak sekali tempat nongkrong baru dan saya cemburu soal ini.
Dengan donasi, saya bisa menjaga aset berharga yang saya miliki, yaitu pikiran. Semua ide dan gagasan datang dari pikiran. Dan tubuh perlu sesuatu yang menyehatkan. Dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan.
Tidak ada pemasukan
Melihat saya dapat bersama banyak wartawan tentu terlihat keren atau hebat. Mungkin iya, tapi kadang itu tidak menyenangkan.
Status bloger meski seakan sudah sama dalam satu acara, terkadang saya tidak dapat apa-apa. Jangankan uang transportasi, bahkan dipandang sebagai sesuatu yang lebih saja belum bisa didapatkan.
Saya pernah datang ke acara. Pertama yang saya pikirkan adalah orang yang mengundang adalah orang baik dan konten yang utama pastinya. Saya tidak tahu ada wartawan datang. Dan tentu, saya tidak tahu jika ada uang transportasi untuk mereka.
Saya tidak menyalahkan siapapun, hanya saja, status bloger yang saya perjuangkan belum dapat menjadikan saya sesuatu. Naasnya, saya terpaksa pulang jalan kaki dengan jarak hampir 2 km untuk sekedar mencari halte bus.
Biar tetap konsisten, harus memikirkan uangnya juga
Saat menyaksikan Mata Najawa edisi #generasisolusi, anak-anak muda yang memberikan solusi lewat teknologi, terutama aplikasi, itu sangat menginspirasi.
Meski begitu, agar tetap konsisten dan survive, mereka juga harus memikirkan uangnya juga. Kalimat yang menarik untuk membuat saya ingin mencobanya. Memang aplikasi mereka sangat keren-keren. Berbeda dengan dotsemarang, yang hanya mengisi konten. Tapi saya akan mencobanya.
...
Saya ingin menambahkan halaman donasi di blog dotsemarang. Saya tidak tahu apakah harapannya sesuai apa yang saya pikirkan. Apakah ada orang yang mau membantu?
Apakah tidak dengan mencari orang-orang yang beriklan di akun media sosial dotsemarang? Banyak yang datang sebenarnya, tapi sekedar betanya dan selesai tanpa kembali.
Di tahun ini, semua orang memiliki akun dan bahkan lebih baik dari dotsemarang. Termasuk media online di Semarang. Tantangannya lebih besar dari awal membangun dotsemarang saat belum ada banyak media online.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar