Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tsunami Content


[Artikel #20, kategori Media Sosial] Tahun 2019 ini, semua orang rasanya menjadi penyebar informasi. Bahkan, lembaga-lembaga pemerintahan juga melakukannya. Satu sisi ini menjadi jembatan yang menghubungkan satu sama lain. Namun sisi lain, berdampak pada kurangnya minat terhadap mereka yang sudah berjalan sejak dulu.

Istilah 'Tsunami Content' yang saya gunakan ini saya ambil dari majalah Mix.co.id pada bulan Juli 2019 dengan artikelnya yang membahas Tips Indra Menghadapi Tsunami Content.

Menjadi lebih baik

Bagi saya, melihat fenomena ini yang datang dari lembaga pemerintahan tentu saja itu baik. Setahun ini di Semarang, dinas-dinas pemerintah Kota sangat luar biasa mengelola informasi yang disebarkan lewat media sosial. 

Tak heran, semua aplikasi digunakan dan bahkan arahnya menjadi media sendiri dengan konten yang dijual Kota Semarang.

Ketika semua dinas membuat akun, harapannya tentu saja masyarakat mendapatkan informasi langsung dari akun resmi. Dampaknya hubungan menjadi lebih baik dan menjadi benteng dari serbuan konten negatif dan hoax.

Mulai skeptis

Sisi lain dari saya, seorang pemilik blog dengan konten Semarang juga, mulai merasakan kehilangan kesenangan menyebarkan informasi. Padahal rasa seperti ini yang paling saya takuti. 

Saya pikir dengan terus memperbaiki portofolio dan membangun integritas maupun branding, blog dotsemarang semakin mudah mendapatkan akses. Seperti acara Nasional maupun lokal, daftar agenda pariwisata, dan kemudahan akses lainnya yang diawal-awal sangat sulit saya dapatkan hanya dengan bermodal blog.

Ditambah pergerakan media yang terus bertumbuh. Ada yang menawarakan rasa lokal hingga datang dari Nasional.

Oh ya, satu lagi. Dibalik tsunami content juga tidak hanya dinas yang aktif, tapi juga beberapa orang banyak yang bersedia membagikan dan memiliki kedekatan.

...

Saya tidak ingin dari artikel ini, ketakutan saya tentang blog dotsemarang bakal hilang, akan terjadi. Kontribusi saya dan bagaimana saya terus merangkak dari waktu ke waktu berakhir sia-sia.

Tapi ini adalah kejujuran saya merasakan bagaimana mulainya perasaan skeptis terhadap konten yang berbau Semarang. Semoga bayangan ini tidak terjadi di masa depan.

Selamat datang era Tsunami Content. Siapa saja, bisa menjadi broadcaster atau penyebar informasi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh