Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Hancurnya Personal Branding


[Artikel 5#, kategori branding] Menjaganya dengan sepenuh hati tak berarti akan terus bertahan. Salah satunya yang dapat menghancurkan malah bukan dari diri sendiri. Orang lain, orang yang tak kita duga dan malah sangat dipercaya. Ini harus dipikirkan dari sekarang.

Sudah berapa lama kamu menjual diri (branding) agar orang lain menilai kamu seperti apa yang kamu inginkan? Apakah itu seorang praktisi, pemain bola profesional, artis, selebgram, Youtuber hingga seperti saya, bloger.

Personal branding keliatannya mudah, apalagi berada di lingkungan yang tepat. Meski akhirnya nilai itu mudah didapat, sayangnya masih mencakup skala kecil. Nilai merek kita hanya untuk orang-orang yang kita kenal saja.

Hancur karena faktor luar

Saat sedang berusaha membangun, kita terus bertahan dan menaikkan level kita ke tingkat level tertinggi. Saat sudah sampai tangga yang membuat kita dikenal, kita malah dihadapkan untuk bertahan. Agar tidak terpeleset saat berada di tangga yang paling atas.

Ada pegangan yang kita genggam dengan kuat agar terus kita pertahankan. Sayangnya, kita lupa bahwa ada banyak faktor lain yang membuat kita jatuh suatu hari nanti.

Saya tidak tahu apa yang terjadi ketika kamu sudah bertahan selama mungkin, karena orang lain, nilai yang kamu pertahankan mendadak jatuh.

Orang lain itu mungkin saja pasangan, pacar, teman, kerabat, rekan, sahabat dan malah keluarga. Kekuatan branding atau nilai kamu akan diuji di sini. 

Bila nilaimu terlalu kuat, seharusnya orang-orang melihat kamu secara personal. Bukan satu kesatuan masalah yang terdampak karena orang lain. 

Menghadapi ini memang tidak mudah. Dan satu-satunya cara untuk terus menjadi sadar adalah tetap bertahan. Anggap saja roda sepeda atau jarum jam yang berputar. Hari ini di atas, besok ada di bawah.

..

Saya mengerti membangun itu penuh perjuangan dan membutuhkan waktu lama. Sekuat tenaga kita pertahankan dan segenap jiwa kita korbankan.

Sayangnya, faktor luar tanpa kita duga menyeret kita. Menerima, realistis, sadar dan pasrah. Sebelum ini terjadi kepadamu, dari sekarang yang harus kamu lakukan adalah terus perkuat branding atau nilai dirimu.

Itu pasti sangat mengecewakan semisal nilaimu tidak dapat membantumu sama sekali.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift