Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tidur Siang


[Artikel 3#, kategori Dibalik Layar] Apa yang saya pikirkan ketika mengetahui acara digelar malam hari? Tidur siang. Kelemahan saya memang ada pada jam tidur malam yang lebih awal. Meski begitu, saya harus mengakalinya kali ini.

Minggu pertama bulan Oktober, dotsemarang mendapatkan kesempatan untuk menjadi saksi sebuah pertunjunkkan malam yang digelar di Marina Convention Center. Kedatangan kali ini bukan sekedar menonton dan bersenang-senang, tapi dalam rangka pekerjaan.

Menjadi buzzer

Saya memahami bagaimana ketika peluang datang namun tidak terpilih. Apakah itu ketidakmampuan menjadi penyebab, atau ada benang merah yang terajut diantara sekat?

Karena dotsemarang berhasil mendapatkan kesempatan tersebut, pekerjaan menjadi buzzer yang sudah terlalu biasa dilakukan, tidak disia-siakan meski tahu bahwa aktivitas dilakukan malam hari.

Jarak lokasi juga tidak tanggung-tanggung, sangat jauh dari biasanya yang mudah digapai hanya dengan sepeda. Dekat bandara baru.

Solusi dengan tidur siang

Saya sebenarnya mengharamkan tidur siang demi kualitas tidur malam hari. Namun kali ini, saya mengambil dispensasi sendiri. Tidak mudah rasanya membenamkan mata hanya 30 menit. Apakah dari kebiasaan? Saya berusaha pastinya untuk tidur siang.

Pada akhirnya, tidur siang hanya dilakukan kurang dari 30 menit. Beberapa alasan tidak mampu menghentikan waktu yang akhirnya harus bergegas pergi.

...

Pekerjaan kali ini bukan saja sebuah tantangan, tapi juga bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapi diri sendiri. Bagaimana dengamu, apakah kamu memiliki kekurangan seperti saya?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift