Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Dibalik Layar Postingan Bioskop Central City XXI; Makan Nasi Kucing


[Artikel 4#, kategori dibalik layar] Postingannya rilis tidak berapa lama setelah kunjungan di hari pembukaan, Kamis (17/10). Maklum saja, perasaan saya mengatakan bahwa ini harus cepat terbit karena masih segar. Cek di sini untuk melihat artikelnya.

Setelah diantar ke depan, jalan besar, oleh orang rumah dengan motor, saya langsung bergegas menuju halte bus. Maksud hati berhemat, tapi setelah tiba di Central City, rasanya tidak afdol tanpa merasakan langsung tempat duduk di dalam studio.

Saat saya tiba, pengunjung mal masih sepi. Pendingin ruangan pun lebih nyaman di dalam bioskop ketimbang mal. Entah, apakah ini standar operasional bioskop.

Belajar dari pengalaman datang ke bioskop Transmart Majapahit, bioskop Cinema XXI Central City juga sama. Tak ada acara khusus atau tertentu untuk meresmikan kehadiran atau memberi penonton pertama mereka dengan suprise. Benar-benar seperti biasanya pergi ke bioskop.

Setelah tiket udah digenggaman, harganya lebih murah dari standar 21 pada umumnya di Semarang dan sama seperti bioskop tetangga depan, saya memutuskan langsung keluar mal untuk mengisi perut.

Saya tidak mungkin mengeluarkan duit lagi untuk sekedar merasakan pengalaman pop corn atau cemilan lain dari pihak bioskop. Ada 1 jam untuk bersantai dan mengisi perut.

Untunglah kawasan sekitar banyak warung kecil yang menjual makanan. Pilihan akhirnya jatuh pada nasi kucing agar lebih hemat karena telah mengeluarkan biaya untuk bioskop.

Membuat konten ini sebenarnya mudah, tinggal ambil di Instagram dan tambahkan beberapa informasi pendukung untuk melengkapi. Tapi kali ini saya tidak melakukannya. Kalau bisa dijangkau, untuk apa saya melakukannya.

Dua bungkus nasi kucing plus es teh manis seharga 8 ribu rupiah selesai disantap. Kini waktunya masuk ke bioskop. Ada masih banyak waktu tersisa.

Jangan lupa mampir blog dotsemarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh