Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bulan Madu yang Telah Berakhir


[Artikel 8#, kategori belajar] Tahun ini, acara Festival Kota Lama tidak seperti beberapa tahun lalu yang melihat blog dotsemarang sebagai salah satu alat pemasaran penting. Meski tidak menjadi media partner atau diajak pertemuan seperti biasanya, saya tetap mempublish beberapa artikel tentang acara.

Akhirnya bulan madu dengan acara festival berakhir tahun ini. Saya sangat bangga dan senang saat beberapa kali sering terlibat dalam acara sebelum tahun 2019.

Ketika akhirnya tidak terlibat, saya sedih juga rasanya. Apakah ini akibat dari membludaknya arus informasi yang saat ini dikenal dengan tsunami informasi. Semua orang bisa jadi wartawan atau pembuat konten. 

Lebih baik maksimalkan akun sendiri atau sekalian sama yang lebih besar dan punya integritas legal. Apalagi kekuatan netizen sekarang ini sangat luar biasa. Berikan mereka sesuatu yang menarik, maka dengan sendirinya datang seperti semut yang mengerubuti gula.

PHP

Saya semakin galau ketika bertemu dengan seseorang sebelum acara dimulai. Kami bicara bagaimana memaksimalkan potensi media sosial dan keterlibatan bloger. Beberapa nama saya serahkan dengan harapan dapat dihubungi.

Di sini kemudian saya kena php saat akhirnya informasi Festival sudah keluar di media-media. Apalagi akun official begitu digenjot aktivitas kontennya. Dan sampai acara dimulai, tak ada satu pun pembicaraan tersebut terealisasi.

Bila waktu itu adalah peristiwa penting seperti upacara bendera yang penuh khidmat, apalagi tentang kepahlawanan, mungkin saya sangat berapi-api mendengar dia berbicara.

Ini untuk masa depan, kemajuan bersama dan rasa peduli yang selalu saya dengarkan beberapa tahun ketika bicara tentang Semarang. 

...

Pada akhirnya saya tak begitu perhatian pada acara tahun ini. Karena saya yakin, apa yang dilakukan berbagai media dan saluran medsos sudah sangat maksimal. 

Dibalik itu semua, saya bisa lebih fokus pada konten lain dan waktu istirahat saya lebih banyak. Ini adalah tamparan keras kepada dotsemarang untuk belajar lagi dalam membangun persepektif atau sudut pandang.

Karena kekuatan bloger ada pada sudut pandang yang berbicara tentang peristiwa. Di era tsunamis informasi, rasanya saya seperti sudah terhempas. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift