Memang sudah seharusnya ketika kesempatan datang, manusia selalu mengambilnya. Kesempatan tidak datang 2x, katanya. Jakarta, andai saya dulu melihatnya sebagai wanita pujaan, tentu saya akan merebutnya.
Kamis,
4 februari 2016. Suasana bioskop Semarang sudah sangat ramai hari itu. Beberapa film yang tayang memang sedang bagus-bagusnya. Saya sendiri mau nonton film
Aach..Aku Jatuh Cinta. Film yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.
Ketemu wanita paruh baya
Antrian siang itu tidaklah santai. Meski sudah datang sebelum loket dibuka, gerombolan anak muda dan remaja sudah sesak mengantri. Saat sedang mengantri tersebut, saya bertemu dengan wanita paruh baya yang juga mengantri bersama keluarganya.
Terjadi obrolan singkat lalu berubah menjadi cerita seru tentang Semarang dan Jakarta. Soal Jakarta ternyata beliau bekerja di sana. Di sini, ia sedang liburan dan pulang ke tempat tinggal keluarganya.
Jakarta itu penuh tantangan
Bila ingin mencari pengalaman hidup dan bekerja lebih baik, Jakarta tentu jawabannya. Bukan soal modal nekat, tapi klasifikasi seperti ijazah, kemampuan bila semua itu terpenuhi, cobalah bekerja di Jakarta.
Kerja di sana menyenangkan buat mereka yang sudah menaklukkan egonya. Ya, tantangan adalah sesuatu yang biasa. Pulang diatas jam 10 malam, dan berangka sebelum jam 5 pagi.
Tentu, kompensasinya adalah gaji selangit bila dibanding kerja di kota-kota lain. Ini berbeda dengan Semarang yang bagi sebagian orang super sibuk di jakarta, kota Lumpia dipilih karena agak santai.
Makanya, banyak orang ingin mengambil liburan di Semarang atau pulang karena tempat asalnya di Semarang.
Tempat pensiun
Saya jadi ingat tentang wacana keluarga teman saya yang orang tuanya akan pensiun dari PNS bahwa kota yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu pensiun adalah Semarang.
Apakah itu benar? Kata saya kepada mbak tersebut. Sambil bergeser karena loket sudah dibuka, mbak tersebut setuju dengan perkataan saya. Itu benar.
Semarang itu selain orangnya adem ayem, suasana kotanya juga tidak begitu sibuk seperti Jakarta. Makanya banyak orang tua yang punya anak kuliah di Semarang, tiba-tiba membangun bisnis di Semarang.
...
Umur saya sekarang memasuki usia 30 tahun, mungkin saat dibawah 25, saya sanggup bekerja di bawah tekanan semisal kerja di Ibukota Indonesia.
Tapi tidak sekarang, untuk bekerja seperti itu, rasanya saya sudah merasa lelah. Kebebasan, dan menjaga visi misi hidup membuat saya lebih menyukai hidup di Semarang.
Saya jadi ingat juga dengan beberapa teman satu kampus. Mereka punya kompetisi, sudah berijazah, dan tentu lebih pintar dari saya. Saya mendengar kabar beberapa tahun lalu mereka bekerja di Jakarta. Ternyata beberapa bulan kemudian, mereka sudah kembali ke Semarang dan bekerja di sekitaran kampus juga.
Mereka sepertinya tidak enjoy di sana. Dengan jawaban dari si mbak tadi, saya jadi tahu alasan orang-orang yang saya kenal pada kerja di Jakarta selain soal gaji selangit, mereka adalah orang yang hebat. Hebat mengambil tantangan yang tidak banyak dilakukan banyak orang.
Saya sendiri bila diputar waktu untuk mengambil kesempatan di sana, ah..pasti juga tidak kuat. Akhirnya saya menemukan jawaban dari semua kegundahan hati selama ini.
Gambar : Google
Komentar
Posting Komentar