Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kompetisi Hidup, Salah Satu Penyebab Seseorang Menjadi Pelupa


Ada buku yang menarik yang saya beli setelah acara Kopdar Blogger kemarin. Buku yang membahas penyakit lupa ini sangat menarik buat saya. Beberapa waktu belakangan ini saya seakan akrab dengan lupa. Entah dari diri sendiri maupun orang disekitar.

Baru saja selesai nonton pertandingan Arsenal lawan Barcelona, dimana Messi memborong 2 gol sekaligus dan memastikan Giroud cs akan semakin sulit bila ingin lolos. Arsenal harus bertandang ke Camp Nou.

Kompetisi hidup

Tak terelakkan buat pria seperti saya harus merasakan bagaimana kompetisi hidup itu sangat mempengaruhi. Dulu awal-awal kuliah, yang dipikir palingan hanya berangkat kuliah, pulang, hangout dan ngerjain tugas. Sekarang? Kompetitor, masa depan, pasangan, harapan dan cita-cita.

Kebenaran juga, saya berhadapan dengan orang-orang yang sering lupa dan yang sering mengatakan sibuk tapi mereka tidak benar sibuk saat ada sesuatu yang besar menunggu mereka.

Saya geram dan kesal, apakah mereka tidak berpikir. Membuat catatan, memanage waktu atau mempioritaskan sesuatu yang dianggap penting.

Akhirnya saya tersadar saat membaca buku ini tentang salah satu penyebab seseorang pelupa. Pikiran saya langsung waras, mungkin mereka lupa saja karena derasnya kompetisi hidup yang mempengaruhi mereka. Satu sisi, mereka harus mengerti saya. Padahal saya juga harus mengerti mereka.

...

Kesibukan dan kompetitifnya kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang menyebabkan seseorang menjadi sangat lelah, stres, dan benar-benar sibuk karena dipundaknya terbebani berbagai pekerjaan dan tugas penting yang harus segera diselesaikan.

Apabila mengelak atau enggan menyelesaikan segala kewajiban tersebut, dapat dipastikan orang tersebut akan tertinggal dibandingkan dengan mereka yang terus maju menjalani semuanya. Inilah kehidupan modern yang mengerikan sekaligus menegangkan.

Kesibukan, seperti diungkapkan oleh dr. Michael McGannom, kepala bagian Pendidikan Bisnis Kesehatan Insead, bisa menenggelamkan seseorang dalam suasana tertekan yang bisa berakibat buruk, yakni kegagalan memori. Kegagalan memori inilah yang menyebabkan seseorang menjadi pelupa.

...

Alih-alih kecewa terhadap seseorang atau keadaan, akhirnya saya menemukan jawaban bagi diri saya sendiri dan mungkin Anda juga yang sedang berteman dengan pelupa.

Saya sadar tidak akan dapat mengubah seseorang yang sering lupa. Siapa tahu memang memorinya sudah tidak dapat baik lagi. Dan akhirnya kita hanya membuang waktu mengurusi pelupa.

Buku yang berguna tentunya yang saya baca ini. Masih banyak sesuatu yang dapat dibagi dari buku yang dicetak pertama kali tahun 2003 ini. Doakan saya untuk tidak lupa membaginya kepada blog ini.

"Anda mungkin menunda, tapi waktu tidak akan."
(Benjamin Franklin)

Sumber :
Buku 'Melatih Otak Anti -Lupa dengan Metode Laci Pikiran'
by Alfin Murtie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh