Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
[Review] Kopdar Blogger Semarang Bulan Februari
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Saya sempat bingung dengan agenda akhir pekan kemarin. Ada undangan dari perusahaan transportasi yang tidak mungkin dilewatkan dan satu lagi, acara yang sudah dirangkai dari awal tahun. Akhirnya, saya melakukannya semua.
Alhamdulillah, semua berjalan sukses. Acara bareng Bluebird yang dilaksanakan akhir pekan, (13/2), berjalan lancar. Meski saya tidak mengikuti hingga akhir, jatah makan siang. Dan waktu makan siang saya, saya habiskan di tempat acara buat kopdar selanjutnya. Acara bareng Bluebird lain kali saya ceritakan nanti di sini.
Tepat waktu
Ketika semua peserta yang sebagian besar blogger melanjutkan acara makan siang di salah satu cafe yang ada di Semarang bareng Bluebird, saya pulang duluan. Saya menyiapkan diri untuk acara kopdar blogger Semarang di Tongji - Hom Hotel.
Ada waktu 1 jam menunggu acara yang rencananya dimulai jam 2 siang ini. Dan saya sudah memesan segelas minuman di lokasi acara. Saya tidak ingin telat mengingat acara ini sangat penting buat saya. Menjadi penggagas dan pembuat acara, saya tidak ingin mengecewakan banyak orang.
Pindah tempat
Sebenarnya saya sudah memboking tempat di rumah Albi, namun gagal karena tempat yang biasa saya gunakan sudah diboking orang. Hom hotel jadi alternatif karena selain lokasinya strategis, tempat nongkrongnya punya harga murah.
Pada akhirnya lokasinya sama seperti awal bulan lalu. Termasuk orang-orangnya juga. Akhir pekan dipilih karena acara ini untuk menyesuaikan mereka yang bekerja dari hari senin-jumat. Saya belajar melihat kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri saya sendiri.
Kopdar blogger ini bukan wadah untuk saya membangun komunitas blogger Semarang. Ini hanya ritual kopi darat yang diharapkan dapat mempertemukan saya dan orang-orang yang masih aktif ngeblog di kota Semarang.
Ketika berbicara komunitas, tentu ada ikatan ketika mereka tidak dapat hadir. Yang tidak dapat hadir beralasan sakit atau sibuk, yang buat acara kadang seperti wanita yang mengatakan tidak apa-apa saat mereka beralasan. Nyatanya, waktu dan tenaga yang diusakan terbuang sia-sia. Maka dari itu, saya tidak ingin terjebak lagi dengan komunitas.
Kopdar ini hanya sebuah forum saja, tidak lebih. Dan ketika acara sudah berjalan beberapa jam dengan masih beberapa orang, saya tidak merasa sedih ketika beberapa orang beralasan tidak hadir. Toh, mereka punya hak dan ini bukan komunitas atau organisasi.
Waktu terus berjalan dengan obrolan ngalor-ngidul, entah apa yang ingin dibahas atau sekedar bersilaturahmi saja. Karena tempat sudah diboking orang, kami terpaksa pindah. Ademnya suasana dalam ruangan berubah suasana outdoor dengan pemandangan langit sore kota Semarang.
Saya akui, saya kehilangan fokus saat berganti tempat. Apalagi untuk menjangkau semua orang yang hadir lebih banyak dari biasanya.
Forum blogger Semarang
Karena dotsemarang bukan lagi komunitas, maka yang terjadi saat ini adalah saat mendapatkan undangan, yang diundang hanya 1 orang. Saat ingin merekomendasikan beberapa blogger, jatahnya sudah diambil komunitas lain. Itu membuat saya kadang berpikir apakah harus membangun komunitas lagi.
Apalagi dengan kegiatan kopdar ini. Banyak blogger yang tidak berkomunitas, dan ingin terlihat eksis tapi tidak tahu bagaimana melihat garisnya. Komunitas memang sangat penting dan juga dapat digunakan sebagai kendaraan saat begini.
Saat saya ajukan hal demikian di acara kopdar, saya sebenarnya ingin membangun komunitas. Tapi saya sadar di sana bahwa mereka yang datang bulan Januari kemarin, dan beberapa yang saya undang tak banyak yang datang. Kecewa, iya. Tapi kita tidak punya ikatan untuk mengatakan bahwa saya maklum untuk itu.
Bila ini jadi komunitas lagi, bukannya saya akan jadi lebih merasa kecewa lagi saat mereka yang meneriakkan kata 'semangat' tiba-tiba tidak hadir. Ini akan jadi sejarah terulang kembali. Dan saya belum mau berada disisi ini.
Akhirnya, kopdar ini tetap jadi sebuah wadah saja. Mereka maklum dan juga mereka tidak dapat menjamin akan setia dengan apa yang dikatakan hari ini dan besok. Untuk lebih fokus dan membangun silaturahmi, kami sepakat membangun grup baru di facebook. Namanya FORUM BLOGGER SEMARANG.
Alasan menggunakan facebook karena tempat ini adalah tempat yang ideal ketimbang grup Line maupun whatsaap. Facebook masih menarik dan lebih berguna ketimbang keduanya yang saya sebut tadi.
...
Beberapa orang baru hadir meski salah satunya saya kenal sebagai penyiar radio. Tapi saya yakin, ia datang bukan untuk kopdar bulan februari. Ia dan beberapa temannya mungkin hanya mendatangi salah satu rekannya yang hadir di acara kopdar. Tidak masalah.
Kopdar selanjutnya adalah bulan Maret, besok. Kalau mau datang catat waktunya ini. Minggu kedua akhir pekan, acara kopdar akan digelar lagi. Dan untuk memastikan, tunggu saja info saya dari blog pribadi saya ini atau juga dotsemarang.
Buat yang ingin bersilaturahmi lewat online juga bisa bergabung lewat forum blogger Semarang di facebook. Ingat, ini bukan komunitas. Hanya grup atau forum saja.
*Alasan saya membangun ini kembali sebenarnya hanya ingin punya wadah silaturahmi dan teman ngopi serta berbagi. Tahun 2016, untuk dapat bertemu blogger cuma dapat dilakukan saat acara saja. Dan acaranya juga yang spesial. Kalau biasa, dijamin tidak ada yang datang.
Begini rasanya ketika mertua datang ke rumah, nggak enakan. Padahal, cuma menjenguk cucu kesayangan. Tapi rasa malas yang biasa dirasakan sebelum nikah, berubah rasa risih. Serba salah, pokoknya.
[Artikel 17#, kategori Tips] Saya sudah menghitung kira-kira berapa kuota yang dihabiskan untuk menonton siaran langsung sepakbola via streaming. Tentu Anda sekarang bisa mengukur biaya untuk menghabiskan kuota apabila tim kesayangan Anda akan bertanding hari ini.
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Postingan ini terinspirasi dari komentar dari dalam blog ini sendiri. Padahal dari awal, blog merupakan tempat personal branding seseorang. Bila digunakan untuk personal, ia biasanya akan mengisinya dengan curhat, portofolio dan aktivitas. Bagi perusahaan, blog merupakan cerita dibalik mereka sendiri.
Pernah merasakan manisnya dikejar gebetan yang tak menghiraukan bagaimana sakitnya setelah putus suatu hari nanti. Dan akhirnya mereka menjadi pasangan yang selalu setia, pandai mendengar, selalu memberi motivasi untuk saling menguatkan dan menceritakan hal-hal kecil yang tak pernah mereka ceritakan kepada orang lain. Kini setelah putus, jangan berharap cerita manis diawal akan sama. Perlu diketahui terlebih dahulu, sifat buruk ini bukan berarti semua pria diumur 29 tahun akan sama. Ini sebuah judul yang menarik dan penulisnya saja yang mengalami. So, baca saja ceritanya. Kamu seperti kekanak-kanakan, deh. Kenapa tiap punya mantan, hobinya ngajakin balikan. Tiba-tiba saja kalimat tersebut terlontar dalam sebuah pesan singkat yang terkirim buat saya yang memang berusaha berkomunikasi dengan mantan. Seperti kena serangan jantung tiba-tiba. Dan saya membencinya, marah dan kesal. Marahnya kepada momen yang waktu ia sampaikan. Saya memang bermaksud berbaikan dengan mant...
Komentar
Posting Komentar