Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Selalu Gagal Pelihara Ikan


Bukannya kegagalan adalah awal keberhasilan. Kalau gagal, bangkit lagi. Ah persetan dengan kata-kata tersebut ketika harus dihadapkan dengan cerita ini. Padahal sudah dicoba berkali-kali. Hasilnya?

Menjelang akhir pekan, bertambah lagi keluarga Causeway yang datang ke Semarang. Termasuk big Boss, orang paling berkuasa selain Tu(h)an. Soal Tu(a)an, nanti saya ceritakan lain waktu. Kita fokus sama sama cerita ini.

Semangat 45 saja tidak cukup

Penghuni rumah ini punya semangat yang patut diacungi jempol. Ini bukan soal kecintaannya terhadap ikan, tapi lebih kegemaran dan bagaimana ia mengelola perasaannya.

Dengan memelihara ikan, ia menciptakan dunia yang indah meski sebatas kotak akuarium. Pernah-pernik dipasang untuk mempercantik agar nyaman dimata.

Ikan yang dibeli pun sebagian besar selalu ikan hias. Mulai dari warna orange, merah dan hitam. Lho, kok hitam. Ups sorry, ikan ini bukan ikan hias. Ikan ini dibeli dengan tujuan membersihkan lumut bila lupa dibersihkan.

Semua sudah terencana dalam otak. Ikan dan akuarium siap menemani hari-hari dimana saya tinggal saat ini. Keluarga saya ini punya jadwal rutin untuk memberishkan akuarium meski harus menyuruh orang lain. Toh, dunianya tetap bersih dan sedap dipandang mata.

Lagi-lagi gagal

Selalu ada hikmah dibalik apa yang kita lakuin. Begitu pula memelihara ikan, kita diharapkan punya rasa peduli dan tidak pernah lupa. Keduanya bila dipraktekkan dalam kehidupan tentu sangat bermanfaat.

Sayang, ikannya terapung alias koit, eh mati. Entahlah, mengapa bisa mati. Apakah karena lupa dibersihkan isi akuariumnya. Atau bertengkar dengan penghuni lain sesama ikan. Yang jelas, setelah kematian ikan tersebut, sang pemilik langsung melupakan dunia kecilnya.

Lagi-lagi gagal dan selalu begitu. Butuh waktu lama untuk membuat dunia baru dan bercerita pada hewan yang manis saat berada di akuarium.

...

Kadang ia punya semangat dan perasaan cinta berlebih yang bagi saya itu luar biasa. Saya saja tidak mungkin bisa melakukannya. Tapi, kadang pula ia terbawa perasaan yang dinamakan rasa jenuh.

Tentang pelihara ikan ini hanyalah sebuah cerita sederhana bagaimana memaknai kehidupan lebih sederhana. Mau berusaha, punya semangat, tentu juga harus punya tekad hingga akhir. Selamat berakhir pekan.

Sepertinya weekend saya kali ini lerbih berwarna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh