Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketika Rasa Nyaman di Rumah Diambil Alih


Semua tampak sibuk dan lebih sibuk daripada biasanya. Kedatangan mertua dan keluarga kecil yang sudah setahun menikah ini, membuat kehidupan di rumah benar-benar berubah. Lebih ramai, tapi tidak begitu menyenangkan.

Pernah mengalami keadaan dimana yang sudah terbiasa dilakukan tiba-tiba jadi tidak biasa dilakukan karena ada yang berbeda dan baru? Saya mengalaminya. Itu tidak mengenakkan. Sebagai pemuja rasa sepi demi bekerja dan sudah dilakukan bertahun-tahun, jadi gimana rasanya saat suasana merasa terganggu. Mungkin begitulah perasaan suasana penunggu rumah yang merasa terusik.

Hampir 1 pekan ini semenjak kedatangan mertua si adik perempuan Difa, kehidupan sunyi yang selama ini jadi bagian dari aktivitas saya memberi tekanan yang luar biasa.

Saya pikir, tekanan tertinggi ada pada kedatangan bos besar (baca ortu Difa), ternyata tidak. Ini lebih parah dan membuat saya benar-benar kebingungan.

Berusaha menyesuaikan

Tidak ada yang salah dengan keadaan sebenarnya. Bahkan, kedatangan mereka ke rumah membawa warna sendiri. Ada banyak makanan enak, suasana baru dan tentu orang-orang baru.

Di sanalah kesalahan saya yang selama ini hidup di rumah. Saya lebih suka dengan suasana sunyi, kehidupan yang itu-itu saja (kebiasaan), dan keluarga Causeway utama (pemilik rumah).

Karena keadaan ramai dan mereka orang baru buat saya, jadilah saya sendiri yang kelimpungan. Ada perasaan gimana gitu ketika biasanya nyaman jadi tidak nyaman.

Saya sedang berusaha menyesuaikan mengingat ini mertua si adik. Saya berpikir ini sudah waktunya pergi dari rumah ini kalau begini. Ini bukan rumah saya, saya hanya numpang bersama keluarga.

...

Entahlah apa yang terjadi seminggu ini dengan keadaan dan suasana hati saya. Saya benar-benar terusik. Biasanya melakukan ini itu tiba-tiba terkekang tidak dapat berbuat apa-apa.

Rasa tidak enak, terganggu, tidak nyaman dan masih banyak lagi. Keadaan ini mengajarkan saya untuk rendah diri, sadar dengan kehidupan pribadi dan tentu sadar sebagai manusia yang sekedar numpang di rumah orang.

Bismillah!

*Setelah dipikir-pikir ini sepertinya sebuah takdir yang diatur. Sebelumnya saya kedatangan keluarga Causeway (Henry), dan suasananya banyak rasa cinta, kegembiraan dan suka cita. Dan mungkin Tuhan tahu bahwa hidup harus seimbang, kedatangan mertua ini adalah jawaban dari keseimbangan yang Tuhan berikan. Dan mau tidak mau, manusianya harus menerima konsekuensinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh