Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tips Branding Offline, Datang Ke Berbagai Acara dan Pertemuan


[Artikel 2#, kategori branding] Hari ini saya menulis 'caption' terlalu panjang di Instagram. Itu bukan berarti saya mencintai Instagram lebih dari blog. Saya hanya kebawa perasaan dengan tema branding diri. Baru sadar, kategori ini sangat sedikit di blog.

Beberapa waktu lalu, saya memposting status di Twitter tentang betapa tidak menariknya menyebut diri sebagai bloger lagi saat ini. Padahal awal - awal ngeblog, saya punya mimpi menjadikan blog sebagai sebuah profesi.

Tidak terasa, 10 tahun berlalu, saya sudah berada digaris impian saya. Garis yang tidak mudah ditempuh begitu saja. Banyak perjuangan untuk menuju garis tersebut.

Semakin dicari, semakin hilang kesempatanmu

Tahun 2018 ini, menyebut bloger sangat murah rasanya. Itu buat saya maksudnya. Berbeda dengan lainnya yang masih mahal. Meski platform yang digunakan sudah berbayar tiap tahun dan iklan yang seharusnya menjadi timbal balik dari kerja kerasnya membuat konten di platformnya.

Bloger yang masuk dalam dunia pemasaran, saat ini sangat diandalkan. Hadirnya berbagai konten kreator yang menggunakan platform lain, seperti Youtuber, Selebgram dan sebagainya tidak menghalangi eksistensi bloger disetiap kesempatan untuk tampil.

Keberadaannya semakin dicari, terutama dalam hal kampanye pemasaran atau promosi di dunia digital. Namun lagi-lagi, tempat duduk yang mudah didapatkan itu tidak semua dapat mendudukinya saat kedatangan brand.

Semakin ke sini, aturannya semakin aneh saja. Bila dulu yang dilihat adalah page rank google, kini ada tambahan lagi yang memperlihatkan status blog dari angka-angka yang ditampilkan. Tujuannya untuk masuk kriteria mereka, bukan kriteria yang diyakini si pemilik blog.

Beberapa pemilik blog yang selama ini sudah nyaman dengan status mereka dianggap sama sebagai bloger, tidak menyadari bahwa kesempatan mereka semakin hilang saja.

Padahal keyakinan mereka, dari blog yang sudah dibangun dan pengalaman selama ini, mereka pantas duduk di tempat yang biasa mereka duduki bersama pemilik blog lain yang dianggap akrab.

Nyatanya tidak demikian. Saya tidak tahu apakah polanya di tahun 2019, akan sama atau malah ditambah lagi kriteria yang dianggap pantas untuk dimasukkan dalam daftar kampanye brand.

Branding dirimu, apakah sudah benar?

Kamu sudah biasa menulis blog. Kadang kamu bisa datang ke acara saat ada kesempatan datang. Pada akhirnya, kamu ingin juga merasakan seperti bloger lain. Mendapatkan penghargaan (bukan kejuaraan) dan prestasi (rasa bangga).

Tapi kenyataannya, kamu belum bisa masuk ke sana. Meski sudah masuk lewat jalur komunitas, kamu masih dianggap anak bawang. Disediakan kursi kosong ketika dibutuhkan. Tapi saat cukup, mereka akan memilih siapa yang duduk di sana (acara).

Saya memikirkan ini ketika bersepeda pagi hari. Apakah ada yang salah dengan pemilik blog yang sebenarnya memiliki kualitas dalam postingannya. Namun bagaimana dengan branding dirinya? Dikenal? 

Kadang ada yang dianggap terkenal karena prestasinya, namun tidak dikenal disekitarnya. Saya memahami bahwa ini hanya soal waktu saja.

Saya juga memikirkan apakah media sosial yang mereka gunakan mendukung pemiliknya? Jangan-jangan hanya digunakan sebagai alat pemuas diri. Maksud saya curhat atau menyebarkan informasi saja.

Apakah mereka pernah berbicara tentang postingan blog mereka sendiri? Dilihat dari jumlah pengikut, bila sangat banyak, mungkin fokus mereka terbelah. Namun bila sedikit, saya pikir jawabannya ada di sini, mereka gagal membangun branding diri.

Ada puluhan hingga ratusan pemilik blog dalam satu kota yang akan mengantri untuk datang ke acara yang dibuat sebuah brand atau stakeholder. Ada ribuan bloger se Indonesia bila dibuatkan lagi acara seperti gathering bloger Nusantara atau pesta bloger.

Apakah kita sudah dikenal, apakah branding diri kita sudah benar?

Tips branding offline 

Ada yang salah dengan perasaan saya hari ini. Kopi sore saya yang membuat konsentrasi begitu tinggi tanpa sadar membuat postingan ini agak keluar jalur dari ide awalnya, tips branding offline. Semoga tidak menghancurkan harapanmu saat membaca ini.

Saya tahu branding diri di dunia digital sangat penting yang membuat kita dikenal lebih luas. Sementara ini, silahkan cari referensi dari luar postingan ini dulu. Karena sudah sangat banyak. Tentu mudah dilakukan.

Branding offline adalah cara kita lebih dikenal lebih intens lagi. Lebih kuat lagi, lebih memiliki harapan sangat besar untuk dilihat keberadaannya dan lebih nyata, bahwa kita ada.

Harapannya, nama kita akan jadi referensi utama saat dicari sebagai rekomendasi. Bukan menempati tempat duduk kosong saat dibutuhkan banyak pemilik blog untuk hadir atau mengikuti kampanye digital.

Salah satu tipsnya adalah dengan memperlihatkan keberadaan kita dengan hadir ke berbagai acara atau pertemuan. Jangan menunggu untuk diundang atau dipanggil.

Bila acara atau pertemuan itu cocok dengan dirimu, membangun relasi hingga memperkenalkan diri sebagai bloger, maka datanglah. Bila tidak ada, carilah. Era digital sekarang, sangat mudah ditemui berbagai acara tentunya.

Tapi jangan juga ketika mendatangi kesempatan, saat duduk atau berdiri dalam satu ruangan, malah diam saja tanpa berbicara. Menunggu, itu bukan cara terbaik menurut saya.

Nimbrung saja dalam obrolan dan usahakan kita mengetahui medannya (pahami situasinya). Lakukan sapaan kecil dan salaman untuk memperkuat kehadiran.

Dalam sebuah acara, buat kamu yang ingin brandingmu dikenal sebagai bloger,  situasi di sana adalah medan perang. Kamu harus bergerilya dan tentu mengakhiri dengan kemenangan, yaitu membuat postingan, baik lewat media sosial maupun blog setelah pulang dari sana.

Keberadaanmu tidak serta merta langsung diingat banyak orang tentunya. Tapi jejak digitamu akan jadi rekam bagus untuk mengatakan bahwa kamu sudah menancapkan dirimu sebagai bloger di sana.

...

Sepertinya sudah harus saya akhiri dulu. Ini bukan saya, menulis sangat panjang. Yang jelas, membangun personal branding atau merek diri, salah satu tipsnya adalah membuat kehadiran dirimu di berbagai acara.

Tentu tidak semua acara akan sesuai passionmu. Kamu harus menemukannya, bukan? Ketika orang-orang datang dengan menjadi bloger juga, maka yang kamu lakukan adalah menegaskan dirimu siapa kamu.

Mungkin kamu kalah kelas dari orang lain, tulisan dan pengikut di media sosial. Namun karena branding offline-mu kuat, dikenal banyak orang hingga brand, kamu harus bangga tentang siapa kamu tanpa perlu berkecil hati. Terima kasih.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng