Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Belajar dari Pergantian CEO Indosat, Ini Penting Untuk Komunitas


[Artikel 11#, kategori komunitas] Saya memutar kebelakang bagaimana waktu itu saya mengadakan acara kumpul-kumpul bareng komunitas Semarang. Selama 1 tahun lebih, tiap bulan, saya mengundang mereka. Kadang secara pribadi maupun rekan-rekan dotsemarang yang waktu itu masih berlabel komunitas. 

Hari ini, saya sendirian duduk tidak berseragam ala komunitas di jamannya. Bersama rekan media dan bloger yang sedang menunggu orang penting dari Indosat yang ingin bertegur sapa dengan kami. 

Mereka punya sumber daya, baik materi maupun manusia, wajar acaranya begitu mewah untuk sekelas saya yang hanya menyisihkan uang saku 5 ribu rupiah untuk dihabiskan satu hari.

Pergantian rezim

Dibalik aktivitas ini semua, tentu tak perlu dijelaskan bagaimana cara mereka agar tetap terhubung dengan media dan kaum baru yang bicara informasi, yaitu bloger.

Indosat memang melakukan pergantian rezim, yaitu CEO baru. Karena acara ini juga saya baru tahu siapa pimpinan baru mereka. Selama ini hanya kenal beberapa orang yang sering mengajak saja.

Mengenalkan dan mempererat

Setelah acara usai, saya memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan komunitas. Dulu waktu buat acara, mengumpulkan komunitas Se-Semarang tujuannya agar saling kenal dan lebih erat hubungannya ke depan.

Selama perjalanan waktu, hubungan kami semua memang erat karena saling bertemu tiap bulan. Saya sangat senang sekali ketika beberapa komunitas akhirnya menjalin kerja sama alias kolaborasi.

Kehilangan ruh 

Bukan hanya organisasi yang memiliki agenda pergantian pimpinan alias rezim. Komunitas pun rupanya melakukannya. Dan inilah waktu di mana rezim penerusnya apakah akan terus memegang tongkat estafet atau melepaskannya.

Beberapa tahun belakangan, saya kehilangan semua apa yang sudah dibangun, dipercaya dan diperhatikan. 

Komunitas sebagian ada yang baik-baik saja, dan sebagian lagi, seperti dotsemarang akhirnya kolaps. 

Rasanya semua kehilangan ruh. Tidak ada lagi suara yang terdengar. Bila ada pun, kadang terbatas dan jadinya malas.

Saya berharap pada komunitas yang akan menapaki masa depan dengan berbagai pergantian pimpinan, tetaplah mengundang orang-orang di luar komunitas untuk mengenalkan pimpinan baru kepada mereka.

Jangan sampai saat dipuncak, dari pimpinan terdahulu yang dipimpin, akhirnya kehilangan suasana diwaktu dulu yang memegang erat kebersamaan. 

Orang-orang di luar yang melihat komunitas terus tumbuh dan menjadi bagian dari sejarah, mereka sangat bangga pastinya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya