Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Media Sosial Pemkot Semarang Semakin Kreatif


[Artikel 18#, kategori media sosial] Semakin ke sini, saya seperti kehilangan jalur yang sudah dibuat bertahun-tahun. Apakah jalan kami akan semakin berbeda karena semua sudah memahami era sekarang (medsos). Atau masih ada kesempatan yang membuat kami tetap bersama.

Saya sedang tidak mengkritik. Saya malah memuji dari apa yang saya pantau selama ini. Pemerintah Kota semarang bagian yang mengurusin media sosial menurut saya semakin kreatif dan sukses menghadirkan konten-konten yang keren, seperti di Instagram, Youtube dan lainnya.

Tak sekedar menarik, tapi tahu cara mengemas dan menyajikannya secara efik. 

Saya benar-benar kalah kelas untuk urusan ini (ngemas dan menyajikan). Entah sejak kapan saya tertinggal jauh. Padahal visi mengenalkan Semarang lewat Internet yang dilakukan dotsemarang masih saya pegang erat.

Tidak butuh bloger

Seiring waktu berjalan, bloger di Kota Semarang semakin banyak yang baru. Bahkan sekelas pencari berita resmi juga memiliki blog. Media-media online di Semarang juga semakin terus bertumbuh. Ini sangat positif.

Jujur, saya merasa sedih sekarang ini. Bukan soal saingan atau terhalang. Saya sedih karena semakin ke sini, semua dapat memproduksi konten. Iya, seharusnya bangga dan lebih ringan. Tapi..tapi.

Kehadiran influencer semacam selebgram, Youtuber hingga Foodgram adalah bagian penting di tahun 2019 ini. Bloger yang tidak melebarkan sayapnya, bakal semakin tertinggal oleh mereka, para kreator dan buzzer.

Kembali bicara media sosial pemerintahan yang semakin keren. Mungkin bukan hanya perasaan saya saja bahwa setiap Kota hingga pemerintahan terkecil disekitar lingkungan sudah memanfaatkan media sosial.

Mereka tidak butuh bloger yang sekedar datang meski tanpa dibayar dan malah harus membayar dirinya sendiri yang datang menggunakan transportasi online.

Betapa murahnya diri saya yang dulu berpikir bahwa mengejar konten merupakan tugas utama seorang bloger seperti saya. Maklum, tanpa konten, blog apalah artinya.

Akhirnya saya sadar. Bahwa waktu yang sudah berjalan ini membutuhkan penyegaran, melakukan sendiri dengan rasa mandiri, mendapatkan pengaruh yang lebih baik dan tentu saja, saya harus lebih kuat lagi.

Dan saya tidak sedang berada di lingkungan tersebut. Lalu, kemana saya?

...

Saya tidak tahu beberapa tahun lagi, bagaimana saya (dotsemarang) berjalan. Jika sekarang saya berkata bahwa jalan saya sudah berbeda (bloger sebagai bagian pemasaran), maka saya amini saja. Faktanya emang begitu.

Jalan yang saya sudah buat, saya pikir sudah menarik perhatian banyak orang dan membantu Kota ini terus berkembang. Apalagi saat saya buat jalannya masih hutan lebat. 

Sudah saatnya saya membuat jalan baru lagi yang lebih efisien dan hanya berpikir bagaimana bertahan hidup dari sebuah kesenangan yang dilakukan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh