Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Buffer, Alat Manajemen Media Sosial Selain Tweetdeck


Sudah 3 hari dari tulisan ini saya mencoba Buffer versi web (ada versi aplikasi juga) selain Tweetdeck. Salah satu kelebihannya adalah menampilkan gambar dari link yang mau diposting.

Saya tidak berpaling dari Tweetdeck sebagai alat manajemen Twitter untuk dotsemarang. Buffer tidaklah asing buat saya, namun selama ini hanya menggunakan versi aplikasi.

Ketika iseng berbuah kesengsem, di situ saya baru sadar bahwa saya dapat memanfaatkannya lebih dari sekedar menjadwalkan postingan di Twitter.

Tinggal klik kotak, tempat menulis, dan masukkan link di sana. Di situ saya berhasil mendapatkan apa yang selama ini saya butuhkan.

Link blog yang dimasukkan menampilkan gambar-gambar yang ada di halaman postingan. Tinggal pilih dan terus buat jadwal. 

Fitur seperti ini memang tidak ada dalam Tweetdeck. Ini jadi ribet karena harus mengupload foto tersendiri. Bagaimana bisa upload kalau sebagian besar, gambarnya ada di ponsel.

Kekurangan buffer 

Buffer yang saya gunakan masih versi gratisan. Maka tidak heran, ada keterbatasan jumlah postingan di sana. Pengguna hanya dibolehkan menjadwalkan hanya 10 post. Kalau kamu berbayar, selain dapat jumlah banyak post, juga dapat melihat statistik.

Sementara itu yang saya temukan. Buffer memang sama seperti Tweetdeck dari fungsinya untuk penjadwalan dan memanage media sosial lain. Buffer dapat ditambah akun Facebook dan Instagram. Untuk Instagram saya belum pernah coba.

Oh ya, Buffer tidak akan menampilkan kolom layar seperti Tweetdeck yang berisi timeline.

..

Tweetdeck masih saya gunakan untuk membagikan postingan terbaru yang ada di blog dotsemarang. Sedangkan Buffer, saat ini saya gunakan untuk postingan lama (setahun hingga dua tahun sebelumnya).

Tertarik menggunakan Buffer?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh