Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Buffer, Alat Manajemen Media Sosial Selain Tweetdeck


Sudah 3 hari dari tulisan ini saya mencoba Buffer versi web (ada versi aplikasi juga) selain Tweetdeck. Salah satu kelebihannya adalah menampilkan gambar dari link yang mau diposting.

Saya tidak berpaling dari Tweetdeck sebagai alat manajemen Twitter untuk dotsemarang. Buffer tidaklah asing buat saya, namun selama ini hanya menggunakan versi aplikasi.

Ketika iseng berbuah kesengsem, di situ saya baru sadar bahwa saya dapat memanfaatkannya lebih dari sekedar menjadwalkan postingan di Twitter.

Tinggal klik kotak, tempat menulis, dan masukkan link di sana. Di situ saya berhasil mendapatkan apa yang selama ini saya butuhkan.

Link blog yang dimasukkan menampilkan gambar-gambar yang ada di halaman postingan. Tinggal pilih dan terus buat jadwal. 

Fitur seperti ini memang tidak ada dalam Tweetdeck. Ini jadi ribet karena harus mengupload foto tersendiri. Bagaimana bisa upload kalau sebagian besar, gambarnya ada di ponsel.

Kekurangan buffer 

Buffer yang saya gunakan masih versi gratisan. Maka tidak heran, ada keterbatasan jumlah postingan di sana. Pengguna hanya dibolehkan menjadwalkan hanya 10 post. Kalau kamu berbayar, selain dapat jumlah banyak post, juga dapat melihat statistik.

Sementara itu yang saya temukan. Buffer memang sama seperti Tweetdeck dari fungsinya untuk penjadwalan dan memanage media sosial lain. Buffer dapat ditambah akun Facebook dan Instagram. Untuk Instagram saya belum pernah coba.

Oh ya, Buffer tidak akan menampilkan kolom layar seperti Tweetdeck yang berisi timeline.

..

Tweetdeck masih saya gunakan untuk membagikan postingan terbaru yang ada di blog dotsemarang. Sedangkan Buffer, saat ini saya gunakan untuk postingan lama (setahun hingga dua tahun sebelumnya).

Tertarik menggunakan Buffer?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya