Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Berbicara Kebaikan, Belum Tentu Sikapnya Juga Baik


Ketika seseorang berbicara tentang kebaikan, pasti sifatnya juga sama baiknya. Pemahaman sederhana yang masuk pikiran saya itu ternyata tidak sepenuhnya benar. Kadang berharap ia lebih baik untuk melihat dan membantu, namun kenyataan ia manusia biasa.

Hari ini, Selasa (7/5), sepertinya tubuh sudah kembali normal. Tidak menyangka sakit yang diderita di awal puasa meruntuhkan semangat yang ingin dibangun dengan momentum Ramadan.

Penderitaan yang baru kali ini dirasakan datang di hari Minggu, hari kedua. Penyakit itu datang lagi dengan sifatnya yang lebih ngeri. Membuat teh hangat saja butuh kekuatan dan hampir saja pingsan.

Pikiran sudah kehilangan kesadaran dengan kunang-kunang yang hingga dalam bayangan. Satu-satunya penyelemat adalah tempat tidur dan akhirnya dibiarkan terbantai.

Perasaan mual kembali datang. Padahal seseorang yang paling diandalkan peduli, malah tak datang-datang. Ya, ia berada dekat tapi terlalu bersikap defensif (bertahan). Memaksanya berbicara untuk peduli, hanya akan membawa malapetaka.

Orang yang mengajak kebaikan belum tentu baik

Saya tak bercerita bahwa semua orang sama. Satu orang saja yang saya kenal. Orang yang baik dari sisi penampilan dan sikap yang didambakan.

Orang yang selalu menganjurkan dan mengajak kebaikan. Nyatanya dia tidak lebih baik dari saya. Wajar bila bicara manusia tidak sempurna. Dan mungkin ini pelajaran buat saya saja.

Saya hanya terlalu berharap pada orang baik sekali lagi. Yang selalu bicara baik dengan ajakannya yang membuat kita mencintainya, menyanyanginya dan merindukannya.

Hanya saja saat diperlakukan layaknya manusia dalam suatu kondisi masalah, ia menampakkan diri dengan alasan beribu kata-kata.

Cuek, tidak mau disalahkan, pergi begitu saja, melawan, jarang minta maaf dan bahkan mengambil keputusan bodoh untuk sebuah alasan pribadi dari orang yang diajaknya menjadi baik.

Saya tidak tahu lagi, orang seperti apa lagi yang saya harus hadapi. Andai dia dari awal menunjukkan sikap buruk, mungkin saya mengerti. Tapi saya keliru. Dewa juga pernah berbuat salah (kalimat dalam film).

..

Mari melanjutkan hidup untuk terus belajar dan menerima apa adanya. Kesalahan adalah pengalaman dan pengalaman adalah guru terbaik untuk menjadi lebih baik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya