Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Berbicara Kebaikan, Belum Tentu Sikapnya Juga Baik


Ketika seseorang berbicara tentang kebaikan, pasti sifatnya juga sama baiknya. Pemahaman sederhana yang masuk pikiran saya itu ternyata tidak sepenuhnya benar. Kadang berharap ia lebih baik untuk melihat dan membantu, namun kenyataan ia manusia biasa.

Hari ini, Selasa (7/5), sepertinya tubuh sudah kembali normal. Tidak menyangka sakit yang diderita di awal puasa meruntuhkan semangat yang ingin dibangun dengan momentum Ramadan.

Penderitaan yang baru kali ini dirasakan datang di hari Minggu, hari kedua. Penyakit itu datang lagi dengan sifatnya yang lebih ngeri. Membuat teh hangat saja butuh kekuatan dan hampir saja pingsan.

Pikiran sudah kehilangan kesadaran dengan kunang-kunang yang hingga dalam bayangan. Satu-satunya penyelemat adalah tempat tidur dan akhirnya dibiarkan terbantai.

Perasaan mual kembali datang. Padahal seseorang yang paling diandalkan peduli, malah tak datang-datang. Ya, ia berada dekat tapi terlalu bersikap defensif (bertahan). Memaksanya berbicara untuk peduli, hanya akan membawa malapetaka.

Orang yang mengajak kebaikan belum tentu baik

Saya tak bercerita bahwa semua orang sama. Satu orang saja yang saya kenal. Orang yang baik dari sisi penampilan dan sikap yang didambakan.

Orang yang selalu menganjurkan dan mengajak kebaikan. Nyatanya dia tidak lebih baik dari saya. Wajar bila bicara manusia tidak sempurna. Dan mungkin ini pelajaran buat saya saja.

Saya hanya terlalu berharap pada orang baik sekali lagi. Yang selalu bicara baik dengan ajakannya yang membuat kita mencintainya, menyanyanginya dan merindukannya.

Hanya saja saat diperlakukan layaknya manusia dalam suatu kondisi masalah, ia menampakkan diri dengan alasan beribu kata-kata.

Cuek, tidak mau disalahkan, pergi begitu saja, melawan, jarang minta maaf dan bahkan mengambil keputusan bodoh untuk sebuah alasan pribadi dari orang yang diajaknya menjadi baik.

Saya tidak tahu lagi, orang seperti apa lagi yang saya harus hadapi. Andai dia dari awal menunjukkan sikap buruk, mungkin saya mengerti. Tapi saya keliru. Dewa juga pernah berbuat salah (kalimat dalam film).

..

Mari melanjutkan hidup untuk terus belajar dan menerima apa adanya. Kesalahan adalah pengalaman dan pengalaman adalah guru terbaik untuk menjadi lebih baik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh