Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo November 2019


[Artikel #67, kategori catatan] Hujan adalah momen yang paling ditunggu-tunggu di Semarang. Dan akhirnya turun juga. Menyenangkan menyambut hujan setelah cukup lama kota ini tidak disirami air secara intens.

Saya merindukan dia, tapi malah tidak berani menyapa. Sempat kaget di awal bulan Oktober dia datang menyapa lewat pesan. Antara bahagia dan ingin berkata kembali dan pulanglah. 

Sayang, itu hanya mimpi di siang bolong. Saya harus mulai melupakannya. Biarkan dia menikmati menjadi wanita tanpa memiliki rasa beban. Niatnya nikah muda, semoga terkabulkan.

Penantian 12 tahun

Lega juga akhirnya penantian itu berakhir. Beban yang selama ini dipikul terangkat juga. Semua orang merasa bahagia, meski saya tidak merayakan bersamanya.

Saya tahu bahwa itu harus dirayakan. Semua orang datang dan mengucapkan selamat. Dan saya, hilang ditelan rutinitas. Setidaknya 12 tahun di Semarang, akhirnya ini lega juga.

Hilangnya kepercayaan

Saya sangat bangga menceritakan kisahnya dalam sebuah halaman. Ia benar-benar mencintai pekerjaannya dan menyukainya. Buah kerja keras dan pikiran kreatif adalah kuncinya.

Sayang kebahagiaan yang datang di akhir bulan Oktober datang bersamaan perasaan kehilangan rasa percaya yang paling mendalam.

Saya kembali diingatkan tentang masa lalu. Bagaimana perjuangan yang diraih harus hilang karena hilangnya kepercayaan. Mereka menghilang, tanpa kabar. Mendadak datang, lalu bertanya kabar. Maaf saya bukan binatang, saya manusia yang punya perasaan.

Perasaan saya kacau, marah dan kalut. Dampak panjangnya sangat berbahaya dan apakah itu sinyal hancurnya semua yang saya bangun dan jaga selama ini.

Pertemuan setelah 9 tahun

Saya tidak menyangka meninggalkan bulan Oktober juga dengan sebuah pertemuan yang luar biasa dengan seseorang. Seorang penulis buku di awal kami berkenalan, kemudian lanjut berbicara tentang dunia blogging dan blogdetik.

Kami baru bertemu setelah 9 tahun lamanya hanya terhubung lewat internet (baca media sosial). Bukan perempuan, tapi pria. Seorang penulis buku yang luar biasa dan memberi banyak asupan tentang mengapa menulis itu sangat penting.

...

Blog dotsemarang setidaknya sudah konsisten ketimbang bulan November tahun lalu. Rata-rata seribu perhari merupakan sebuah harapan yang tercapai. Meski saya terus berharap ada lebih dari biasanya.

November 2019, saya berharap ada banyak cerita kebaikan yang saya ingin ceritakan di bulan depannya. Ada kabar baik. Soal hubungan asmara, prestasi, pertemuan dan lainnya. Tidak lagi cerita yang memojokkan perasaan.

Kini dengan selesainya cerita di kota Semarang, saya tetap akan bertahan dengan apa yang saya lakukan dan jaga. Semoga jadi kenangan yang luar biasa di masa depan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya