Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo September 2019!


[Artikel #64, kategori catatan] Mengawali bulan ini, saya benar-benar terlambat menulis. Tidak lagi rutin seperti biasanya. Apakah faktor umur atau keteledoran saya saja. Pikiran saya sudah benar, apalagi hasrat saya untuk menulis. Hanya saja, gangguan itu datang dari diri sendiri.

Halo September, saya ingin menyapamu dan berharap bulan ini bakal banyak hal terjadi pada saya. Saya berharap selalu diberi kesehatan, dibukakan pintu rejeki, dan harapan-harapan lain yang selalu disematkan dalam doa.

Ternyata pikiran tidak mudah dilepaskan

Agustus kemarin, saya sudah berdamai dengan dia dan diri saya sendiri. Itu baik sekali karena kejadian tidak kembali berulang seperti sebelumnya.

Hanya saja, rasanya masih tidak mudah. Kota di mana saya tinggal sekarang ini terlalu banyak menyimpan kenangan tentang dia, bahkan di rumah. Nama binatang peliharaan saja malah nggak sengaja sama.

Mungkin saat dia datang, saya benar-benar mengharapkan lebih dan diwaktu yang tepat saat saya kekeringan kasih sayang. Gejolak hebat dan ditambah ajakan menikah, sugestinya benar-benar gila. Tapi, mendapatkannya adalah anugerah terindah.

Membuat arsip (PDF)

Rencana saya untuk membuat ebook masih bergelora. Saya masih berhasrat membuat halaman blog dotsemarang pindah dalam bentuk offline atau dibuat dokumen dalam format PDF.

Saya memikirkan suatu saat, saya semakin tua, dan mendadak internet hilang atau gangguan datang ke blog dotsemarang. Mungkin google mendadak bangkrut, dan saya lupa menyimpan semua tulisan saya.

Saya ingin mengarsipkan postingan blog dotsemarang. Beberapa aplikasi sedang saya coba, baik versi mobile maupun desktop.

Masih kesulitan konsisten

Tidak mudah menjaga konsisten itu. Saya mengakuinya. Termasuk di blog yang mungkin sedang kamu baca ini. Entahlah, saya tidak tahu mengapa. Yang pasti sekarang ini saya sedang teralihkan membaca komik hingga menonton komik di Youtube. 

Menonton komik via Youtube? Ia, demi konten kadang seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya bukan di sana. Bulan ini saya berpikir menuliskan kelebihan membaca atau menonton komik versi Youtube ketimbang membaca situs online penyedia komik.

Berharap dibayar

Saya pikir reputasi saya sebagai bloger dapat membantu keuangan saya dan dotsemarang. Ternyata tidak. Saat memikirkan acara-acara lokal (acara yang tidak datang dari pusat) yang pasti diakui tidak ada duitnya, pikiran saya tertuju pada mereka yang lain.

Menjadi bloger sekarang ini tidak seindah apa yang dibayangkan. Dalam satu acara, belum tentu bayarannya merata. Kadang saya datang sebagai media yang tidak mengerti mengapa ada bloger lain yang ikut datang.

Dan membuat saya merasa dilema, saya tidak dibayar. Sedangkan mereka yang langsung dihubungi pemasaran pusat, malah mendapatkan bayaran. Entahlah, saya sepertinya mulai kalah bersaing karena tidak bergabung dalam komunitas.

Oh ya, kadang juga dalam satu acara, harga yang dibayarkan merata. Mereka yang baru memulai dan datang karena diajak, membuat saya seperti sampah. Tidak peduli berapa lama saya memulai ngeblog atau seberapa keren saya saat dipikiran orang lain. 

Tetap saja, harganya sama dengan mereka yang baru memulai atau ikutan karena diajak. Saya tidak menyalahkan mereka atau keadaan. Ini salah saya sendiri yang kurang kompeten.

Harapan yang gagal disematkan

Sebelum saya menutup postingan ini, saya yang begitu besar berharap pada mereka yang membentuk semacam agensi lokal (Semarang), kini rasanya pengen marah, kesel dan kecewa.

Padahal langkah mereka luar biasa dan membuat saya yang berada di luar komunitas bisa merasakan sesuatu yang disebut dihargai. Kerja keras, tidak malas dan punya kualitas tanpa adanya saluran seperti yang disebut mereka, saya tidak ada apa-apanya saat berhadapan dengan komunitas atau pertemenan karena berbalas.
Saya harap terus memiliki harapan.
Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh