Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Menjadi Lebih Kuat


[Artikel 61#, kategori catatan] Halo Juli, apa kabar saya hari ini? Sudah setengah tahun dan bentar lagi resmi semakin berumur. Meski dilema perasaan masih ada, saya tetap bersyukur masih tetap produktif dan mengelola blog. Kuatnya seorang pria hanya terlihat permukaan saja. Semoga saya bisa lebih kuat bulan ini dan seterusnya.

Bulan kedua perayaan kami berpisah tanpa mengatakan putus dan ia benar-benar pergi. Semua permintaan maaf sudah tak berarti meski pesan terakhir mengucapkan maaf karena idul Fitri.

Lebaran kali ini seperti kehilangan makna. Kembali ke Fitri? Tidak-tidak. Seharusnya orang-orang dapat menjadi suci dan menghilangkan pikiran kotor. Kenyataannya tidak semudah menuliskannya diberbagai promo media sosial.

Menjadi lebih kuat

Ketika perasaan masih belum bersahabat, pikiran untuk menjadi lebih baik datang. Percuma dimaafkan bila saya belum kuat hari ini. Kuat dari finansial, yang berarti bisa datang ke tempatnya dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Atau mendatangi pintu rumah orang tuanya untuk melamar.

Seperti cerita film, si pria mendatangi tempat si gadis. Ditolak masuk dan tidak dibukakan pintu, si pria bertahan di luar sambil kebahasaan dan kedinginan hingga berhari-hari. Akhir ceritanya? Pasti kembali bersatu dan bahagia.

Itu hanya pikiran saya saja yang kebanyakan nonton film. Kenyataannya tidak ada. Uang satu lembar di dompet itu pun hanya untuk beli makan kucing. Mikir ke luar kota tanpa uang seperti orang gila.

Saya jadi ingin kuat kalau begini. Kalau bisa terbang ke tempatnya. Ah sudahlah, malah membayang komik online kalau begini.

Apakah yakin menjadi kuat akan setia?

Andai saja wanita tidak mengucapkan kata sakral ingin serius menikah ketimbang pacaran dan lalu mengasih target, mungkin kehidupan saya bisa kembali seperti dulu yang normal.

Saya bukan anti menikah atau tidak suka. Namun ketika kalimat itu keluar, pria yang begitu mencintai pasangannya langsung tersugesti untuk melakukan yang terbaik. Ia mulai berusaha menyakinkan dirinya yang awalnya hubungan adalah waktu dan kepercayaan.

Pria diberi kalimat tersebut semakin sayang dan tidak ingin kehilangan. Makanya jangan heran ketika ia mendadak menjadi manusia yang beda ketika si wanita tak ada kabar.

Saat berusaha menjadi lebih baik dengan satu tujuan mengabulkan harapan si wanita untuk menikah, ia ingin menjadi lebih kuat bagi pasangannya.

Sayangnya, kekuatan yang dibangun tak kasat mata oleh wanita tersebut berakhir. Rindu yang membuncah malah menjadi petaka seketika. Kisah keduanya, suka dan duka berubah menjadi orang yang tak saling kenal.


Andai saya lebih kuat, harta dan perasaan, apakah saya juga yakin, mencintai satu wanita adalah pilihan. Masih banyak wanita lain sebenarnya yang memberi sesuatu yang lebih. Tapi saya yakin, sekuat apapun pria, ia tetap setia pada wanita yang dapat memotivasi dirinya.

Buat apa berjuang selama ini hanya untuk mendapatkan wanita lain.

...

Mungkin ini yang namanya takdir. Kami berpisah tanpa menyelesaikan masalah dan saya malah pasrah. Saya berharap ia terus bahagia dan tidak menderita seperti saya.

Saat ini saya memang belum pantas untuknya dan saya lebih baik memilih diam saja. Saya berharap di masa depan diri saya sudah lebih baik dari sekarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya