Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Menjadi Lebih Kuat


[Artikel 61#, kategori catatan] Halo Juli, apa kabar saya hari ini? Sudah setengah tahun dan bentar lagi resmi semakin berumur. Meski dilema perasaan masih ada, saya tetap bersyukur masih tetap produktif dan mengelola blog. Kuatnya seorang pria hanya terlihat permukaan saja. Semoga saya bisa lebih kuat bulan ini dan seterusnya.

Bulan kedua perayaan kami berpisah tanpa mengatakan putus dan ia benar-benar pergi. Semua permintaan maaf sudah tak berarti meski pesan terakhir mengucapkan maaf karena idul Fitri.

Lebaran kali ini seperti kehilangan makna. Kembali ke Fitri? Tidak-tidak. Seharusnya orang-orang dapat menjadi suci dan menghilangkan pikiran kotor. Kenyataannya tidak semudah menuliskannya diberbagai promo media sosial.

Menjadi lebih kuat

Ketika perasaan masih belum bersahabat, pikiran untuk menjadi lebih baik datang. Percuma dimaafkan bila saya belum kuat hari ini. Kuat dari finansial, yang berarti bisa datang ke tempatnya dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Atau mendatangi pintu rumah orang tuanya untuk melamar.

Seperti cerita film, si pria mendatangi tempat si gadis. Ditolak masuk dan tidak dibukakan pintu, si pria bertahan di luar sambil kebahasaan dan kedinginan hingga berhari-hari. Akhir ceritanya? Pasti kembali bersatu dan bahagia.

Itu hanya pikiran saya saja yang kebanyakan nonton film. Kenyataannya tidak ada. Uang satu lembar di dompet itu pun hanya untuk beli makan kucing. Mikir ke luar kota tanpa uang seperti orang gila.

Saya jadi ingin kuat kalau begini. Kalau bisa terbang ke tempatnya. Ah sudahlah, malah membayang komik online kalau begini.

Apakah yakin menjadi kuat akan setia?

Andai saja wanita tidak mengucapkan kata sakral ingin serius menikah ketimbang pacaran dan lalu mengasih target, mungkin kehidupan saya bisa kembali seperti dulu yang normal.

Saya bukan anti menikah atau tidak suka. Namun ketika kalimat itu keluar, pria yang begitu mencintai pasangannya langsung tersugesti untuk melakukan yang terbaik. Ia mulai berusaha menyakinkan dirinya yang awalnya hubungan adalah waktu dan kepercayaan.

Pria diberi kalimat tersebut semakin sayang dan tidak ingin kehilangan. Makanya jangan heran ketika ia mendadak menjadi manusia yang beda ketika si wanita tak ada kabar.

Saat berusaha menjadi lebih baik dengan satu tujuan mengabulkan harapan si wanita untuk menikah, ia ingin menjadi lebih kuat bagi pasangannya.

Sayangnya, kekuatan yang dibangun tak kasat mata oleh wanita tersebut berakhir. Rindu yang membuncah malah menjadi petaka seketika. Kisah keduanya, suka dan duka berubah menjadi orang yang tak saling kenal.


Andai saya lebih kuat, harta dan perasaan, apakah saya juga yakin, mencintai satu wanita adalah pilihan. Masih banyak wanita lain sebenarnya yang memberi sesuatu yang lebih. Tapi saya yakin, sekuat apapun pria, ia tetap setia pada wanita yang dapat memotivasi dirinya.

Buat apa berjuang selama ini hanya untuk mendapatkan wanita lain.

...

Mungkin ini yang namanya takdir. Kami berpisah tanpa menyelesaikan masalah dan saya malah pasrah. Saya berharap ia terus bahagia dan tidak menderita seperti saya.

Saat ini saya memang belum pantas untuknya dan saya lebih baik memilih diam saja. Saya berharap di masa depan diri saya sudah lebih baik dari sekarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh