[Artikel 104#, kategori dotsemarang] Akhirnya kelar juga postingan tentang Semarang Night Carnival 2019. Saya ingin buat postingan ini spesial dengan membuatnya menjadi ebook rencananya. Tapi itu tidak mudah. Melakukannya dengan harapan berbeda, antara posting di blog dan ebook nyatanya jiwa saya sulit menerima. Ada-ada saja.
Ya, menulis dengan tujuan membuat ebook itu sulit. Tidak biasa. Berbeda dengan blog yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Sudah ada pakem, aturan dan triknya. Apakah saya menyerah? Semoga tidak.
Tak dianggap
Rabu malam (3/7), diantara hiruk pikuk ribuan orang yang saya lewati, akhirnya saya berhenti pada titik tempat di mana lebih mudah membidik gambar dengan sudut pandang dari atas. Ya, jembatan penyebarangan yang tahun sebelumnya pernah saya pakai, kini kembali digunakan.
Tentu saja, sangat ramai dengan orang-orang yang berpikir sama seperti saya (di atas). Apalagi saya terlambat sampai atas yang tahun sebelumnya sudah saya tempati sebelum acara dimulai.
Tahun ini tidak sendiri, ada rekan sesama bloger, dan itu wanita. Saya tak berpikir itu adalah harapan seorang pria yang akhirnya tidak sendirian setiap datang ke acara. Fokus saya masih soal bagaimana menempatkan acara ini pada blog nantinya.
Selain bloger tersebut, ada rekan bloger lain yang juga merangkap komunitas. Dua orang dan itu artinya ada 3 perempuan bersama saya dengan masing-masing punya tujuan sama, fokus konten acara.
Dibalik cerita Semarang Night Carnival, ada obrolan tentang bagaimana saya seakan tak dianggap karena tidak pernah dilibatkan sama sekali seperti bloger lain yang diajak.
Awalnya saya hanya tersenyum dan membiarkan pikiran itu hilang begitu saja. Namun pada akhirnya, malah kepikiran. Tahun ini adalah tahun keempat gelaran SNC yang membawa beberapa bloger dari luar datang ke Semarang. Dan saya masih duduk di atas jembatan.
Mengganti visi dotsemarang
Saya bertahan hingga saat ini karena saya punya pegangan, yaitu Visi dotsemarang. Andai itu tidak ada, mungkin saya akan pergi seperti yang lain. Menjadi kaya, bahagia dan memikirkan kata tetangga dan keluarga.
Saya semakin takut rasanya jika diri saya sendiri yang mengalami patah hati dan ketidakpuasan atas apa yang saya lakukan.
Hidup semakin sulit tapi orang-orang semakin mudah melakukan apa yang sudah dibangun sejak dulu. Membangun ekosistem, merawatnya, dan menjaganya hingga sekarang dengan tujuan bloger adalah sesuatu yang menyenangkan rasanya kini begitu tidak menyenangkan.
Saya pikir lebih baik mengganti visi dotsemarang saja agar saya dapat bertahan dan mengalahkan ketakutakan yang saya alami.
Semua orang sudah banyak yang berbicara tentang Kota kelahiran dotsemarang. Media-media online tumbuh subur yang awalnya menganggap Semarang adalah Kota Transit.
Orang-orang baru juga terus bertumbuh, termasuk cara bercerita yang tidak sekedar lewat tulisan. Dan berhasil memanfaatkan momentum tanpa disadari saya sudah tertinggal.
Mereka tak pernah berbicara tapi sudah pandai berkata-kata. Seolah apa yang dijaga selama ini tak begitu berharga. Hanya berbeda kemasan dan tampil berada di atas.
Saya jadi ingat pada kejadian ketika duta wisata Semarang mengalami sedikit masalah pada akun socmed. Saat terjadi, mereka bicara. Saat tidak terjadi, saya dipandang sebelah mata.
Padahal saya adalah satu-satunya yang datang memenuhi undangan mereka yang duduk diantara meja panjang dengan banyak orang (perwakilan duta dan beberapa orang terkait dinas). Saya berharap itu tidak terjadi lagi karena visi kita sama, Semarang masih prioritas tentunya.
Mungkin ini sudah saatnya berpikir dua kali untuk saya, dan dotsemarang untuk masa depan. Apakah mengganti visi dotsemarang yang sudah dipertahankan dari 2010 hingga sekarang dalam pikiran saya.
Atau saya rehat sejenak. Tidak..tidak. Mengganti visi, siapa takut!
Komentar
Posting Komentar