Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Membangun Mood Menulis di Hari Senin


[Artikel 48#, kategori blog] Ini bukan iklan atau endors. Saya hanya sedang mencoba melakukan sesuatu hal yang dapat membangun mood menulis saya. Masalahnya sebenarnya karena ini bukan waktu menulis terbaik saya, tapi pikiran mengatakan harus menulis. Yang terjadi, tubuh bergerak (depan laptop), tapi pikiran entah ke mana-mana.

Pernahkah kamu makan mie bungkus tanpa dimasak? Bila pernah, berarti kita sama. Ini adalah pilihan yang saya ambil malam ini bersama minuman isotonik yang harganya buat hati senang. Mumpung promo, harga minumannya kurang dari 3 ribu rupiah.

Mengapa tidak minum kopi saja?

Jatah ngopi hari ini sudah mentok. Dua gelas terakhir yang saya minum bahkan tak mempan dengan mood buruk yang melanda hari ini.

Memaksakan takutnya tidak berpengaruh apa-apa. Malah yang ada kesehatan saya terganggu. Saya harus tidur cepat sebelum jam 8 malam pokoknya.

Apakah baik dicoba?

Saya tak perlu menyebutkan merek apa pada bungkus mie tersebut dan nama minumannya. Ada di gambar, jadi tebak sendiri saja.

Mie goreng ini dimakan tanpa dimasak. Jangan berpikir jauh tentang kesehatan dulu, kita fokus dengan tema yang saya tulis. Saya suka mie ini karena kecap dan sausnya yang ada rasa pedasnya.

Cara menikmatinya adalah dengan menggunakan sumpit. Hancuran mie yang dicampur dengan bumbu dan kecap serta saos tersebut menjadi cemilan yang gurih dan nikmat.

Seharusnya saya hanya minum isotonik ini saja saat memutuskan bagaimana cara membangun mood tanpa kopi. Pilihannya ada cokelat atau kue bandung. Itu nikmat sekali. Dan berhenti berpikir ketika melihat isi dompet yang berharap tidak terus hilang isinya.

Minuman isotonik ini dipilih bukan hanya soal harganya yang relatif terjangkau, fungsinya tentu sangat baik karena minuman isotonik.

Setelah menkonsumsi keduanya, lumayan mood jadi lebih baik. Buktinya tulisan ini akhirnya jadi. Sebelum mengkonsumsi keduanya, jangankan mengetik, buka halaman saja dibiarkan nyala laptopnya.

...

Postingan ini akhirnya jadi, meski harapannya bukan ini yang ingin ditulis. Ini hanyalah sebuah tips, kalau tidak menarik, jangan diikuti. Kamu mungkin punya cara agar mood jadi lebih baik. Bila punya, saya ingin mendengarkannya.

Selamat hari Senin!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh