Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sepatu Legenda


[Artikel #62, kategori catatan] Juli 2019, sepatu ini lagi-lagi terbang ke Jakarta untuk acara ASUS. Jangan berpikir berlebihan terbang itu gimana. Hanya sebuah ungkapan bagaimana sepatu ini menjadi legenda.

Saya ingin mengenang sepatu ini sebelum nantinya benar-benar rusak. Ya, ini sebenarnya sudah sedikit robek dibagian belakangnya. Tapi saya tetap bertahan untuk sekarang.

September 2016

Waktu itu ada acara ASUS di Bali untuk launching Zenfone 3. Salah satu aktivitasnya adalah permainan mencari sesuatu yang mau tidak mau menggunakan pakaian santai dan sepatu aktivitas (olah raga).

Terpaksa karena tidak mungkin pinjam yang sebelumnya sudah pinjam, eh hilang. Dan karena memang tidak punya sepatu waktu itu, saya akhirnya membelinya. Barang KW, begitu dikenali oleh salah satu jurnalis saat kami satu tujuan waktu itu. 

Saya tak menyangka bahwa sepatu itu jadi perhatiannya saat saya memakainya. Karena brand sepatunya mungkin. Waktu membeli, saya hanya memikirkan harga dan betapa nyamannya di kaki.

Juli 2019

Tiga tahun berlalu, sepatu ini mulai sobek-sobek bagian belakangnya. Saya tidak menduga bahwa bagian belakangnya yang malah rusak duluan. Meski berharap terus tahan, biasanya rusak ada pada bagian depan.

Sepatu ini adalah satu-satunya yang saya gunakan, baik acara formal mau pun non formal. Tapi bukan juga untuk acara pernikahan saya gunakan. Beberapa acara di hotel yang berisi pejabat, saya tetap menggunakannya dengan balutan pakaian santai (kaos dan jaket).

Banyak kenangan yang saya lewati bersama sepatu ini. Bahkan berkencan dengan mantan saya pun menggunakan sepatu ini. Bila sepatu ini adalah seorang wanita, mungkin saya juga ditinggalin karena tidak mampu merawatnya.

Tiga tahun berlalu, apakah tidak ingin menggantinya? Apakah itu juga sebuah ungkapan kesetiaan dibalik kantong kering yang melihat kepentingan lain lebih baik digunakan untuk itu.

Harapan mengganti sepatu baru tentu juga ada. Saya tahu ini memalukan dilihat orang-orang, apalagi yang sering bertemu. Tapi rasa nyaman dan kebiasaan adalah yang lebih penting di sini.

Menjadi sepatu legenda

Suatu hari saat akhirnya saya memiliki sepatu baru, sepatu ini akan saya jadikan legenda. Sepatu yang bukan saja teman dalam segala aktivitas, tapi juga nilai-nilai dan kenangan yang digunakan.

Andai saya punya museum pribadi, mungkin saja saya akan mengabadikannya. Hanya sebuah pikiran, tak perlu dipahami begitu jelas. 

...

Ketika kekurangan membuat kita tidak percaya diri, saya tahu bahwa satu-satunya yang membuat kita kuat adalah nilai kesetiaan. Ya, itu patut dibanggakan. 

Hari ini, esok dan masa depan, cobalah bertahan dan lakukan yang terbaik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya