Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sepatu Legenda


[Artikel #62, kategori catatan] Juli 2019, sepatu ini lagi-lagi terbang ke Jakarta untuk acara ASUS. Jangan berpikir berlebihan terbang itu gimana. Hanya sebuah ungkapan bagaimana sepatu ini menjadi legenda.

Saya ingin mengenang sepatu ini sebelum nantinya benar-benar rusak. Ya, ini sebenarnya sudah sedikit robek dibagian belakangnya. Tapi saya tetap bertahan untuk sekarang.

September 2016

Waktu itu ada acara ASUS di Bali untuk launching Zenfone 3. Salah satu aktivitasnya adalah permainan mencari sesuatu yang mau tidak mau menggunakan pakaian santai dan sepatu aktivitas (olah raga).

Terpaksa karena tidak mungkin pinjam yang sebelumnya sudah pinjam, eh hilang. Dan karena memang tidak punya sepatu waktu itu, saya akhirnya membelinya. Barang KW, begitu dikenali oleh salah satu jurnalis saat kami satu tujuan waktu itu. 

Saya tak menyangka bahwa sepatu itu jadi perhatiannya saat saya memakainya. Karena brand sepatunya mungkin. Waktu membeli, saya hanya memikirkan harga dan betapa nyamannya di kaki.

Juli 2019

Tiga tahun berlalu, sepatu ini mulai sobek-sobek bagian belakangnya. Saya tidak menduga bahwa bagian belakangnya yang malah rusak duluan. Meski berharap terus tahan, biasanya rusak ada pada bagian depan.

Sepatu ini adalah satu-satunya yang saya gunakan, baik acara formal mau pun non formal. Tapi bukan juga untuk acara pernikahan saya gunakan. Beberapa acara di hotel yang berisi pejabat, saya tetap menggunakannya dengan balutan pakaian santai (kaos dan jaket).

Banyak kenangan yang saya lewati bersama sepatu ini. Bahkan berkencan dengan mantan saya pun menggunakan sepatu ini. Bila sepatu ini adalah seorang wanita, mungkin saya juga ditinggalin karena tidak mampu merawatnya.

Tiga tahun berlalu, apakah tidak ingin menggantinya? Apakah itu juga sebuah ungkapan kesetiaan dibalik kantong kering yang melihat kepentingan lain lebih baik digunakan untuk itu.

Harapan mengganti sepatu baru tentu juga ada. Saya tahu ini memalukan dilihat orang-orang, apalagi yang sering bertemu. Tapi rasa nyaman dan kebiasaan adalah yang lebih penting di sini.

Menjadi sepatu legenda

Suatu hari saat akhirnya saya memiliki sepatu baru, sepatu ini akan saya jadikan legenda. Sepatu yang bukan saja teman dalam segala aktivitas, tapi juga nilai-nilai dan kenangan yang digunakan.

Andai saya punya museum pribadi, mungkin saja saya akan mengabadikannya. Hanya sebuah pikiran, tak perlu dipahami begitu jelas. 

...

Ketika kekurangan membuat kita tidak percaya diri, saya tahu bahwa satu-satunya yang membuat kita kuat adalah nilai kesetiaan. Ya, itu patut dibanggakan. 

Hari ini, esok dan masa depan, cobalah bertahan dan lakukan yang terbaik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh