Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Waktunya Potong Rumput


[Artikel 5#, kategori rumah] Desember, hujan semakin konsisten saja membasahi tanah. Taman yang biasanya kering dan gersang, perlahan tampak menghijau. Rumput-rumput seakan menyambut hujan penuh gembira. Satu sisi, taman rumah kelihatan berseri. Sisi lain, itu rumput liar.

Sudah lama tidak memegang gunting rumput dan alat potong semacam parang. Semenjak kemarau melanda, khususnya Semarang, saya memang sudah jarang menyapa tanah. Panas matahari malah dimanfaatkan untuk menjemur kotoran kucing.

Hingga saya menulis ini, hujan sedang mengiringi setiap ketikan jari jemari saya. Sore sebelumnya, aktivitas memotong rumput sudah dilakukan. Udah 3 hari belakangan ini saya berada di belakang rumah tiap sore.

Sambil beraktivitas potong rumput, saya ditemani dua kucing yang semakin dewasa. Kini total, termasuk yang ada di kandang dan di luar kandang, ada 5 kucing yang masih tersisa. Setelah sebelumnya, kucing saya ada yang mati lagi.

Waktunya potong rumput

Halaman rumah tidaklah begitu besar. Saya sendiri bisa melakukannya selama gairah saya untuk memotong terus ada. Kadang, mood juga berpengaruh pada aktivitas.

Sebelum memotong rumput, saya seperti biasa mengatur jam alarm. Aktivitas memotong hanya perlu 30 menit saja. Biasanya dilakukan sekitar pukul 5 sore.

Saya bukan ahli memotong rumput, hanya saja saya lebih senang kelihatan rapi. Terkadang saya menghindari tetangga untuk terlibat dalam obrolan.

Saya selalu waswas ketika terjadi obrolan dan pikiran saya mengatakan orang itu baik. Baik di awal, namun belakangan menjengkelkan. Saya banyak mendapatkan pengalaman ini. Makanya saya lebih menarik diri dan dianggap tertutup ketimbang jadi orang baik yang mudah disakiti.

...

Selamat bertumbuh rumput hijau. Semoga hujan yang datang memberi kebahagiaan kepada kalian, meski pada akhirnya terpangkas karena sang pemilik ingin melihat halamannya lebih rapi dan terang benderang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya