[
Artikel 13#, kategori ASUS] Ada sebuah fakta menarik ketika saya dan mereka (bloger ASUS) saat berbicara tentang kotak kayu. Kadang itu membuat sedih, kadang pula sangat bahagia. Kotak kayu yang datang ke rumah adalah harta karun yang selalu dirindu.
Minggu pertama bulan Februari,
Kamis malam (6/2), saya tak menyangka kedatangan kotak kayu. Kali ini sangat berbeda dari biasanya. Lebih besar, lebih panjang dan saya sudah tahu isinya apa sebenarnya.
Sebagai salah satu bloger Asus, saya memang beruntung tapi level saya bukan berada di level seperti bloger lainnya yang fokus pada konten teknologi atau memiliki pengaruh besar yang dijadikan tujuan Asus untuk dijadikan andalan dalam kampanye promosi produk.
Saya bersyukur bila itu datang ke rumah setelah launching. Sebaliknya, saya tahu diri bahwa hari ini belum saatnya saya mendapatkannya.
Kembali ke kotak kayu yang datang, kali ini isinya laptop. Kejutan, bukan?! Buat saya itu adalah momen paling luar biasa, mengingat kebanyakan hanya Smartphone. Tapi jangan tanyakan kepada bloger lain, mereka sudah terbiasa. Bahkan sebelum launching sudah mencobanya.
Kedatangannya kali ini seperti biasa, hanya mencoba produk. Itu artinya akan dikembalikan ke Jakarta. Ada untungnya bisa mencicipi dan dikembalikan. Kita dapat mencicipi produk lainnya selama barang masih ada. Karena unit yang dipinjam terbatas dan masih digunakan pencicip lainnya.
Namun ada tidak enaknya saat tahu barang itu bukan diberi. Makanya banyak rekan-rekan, ketika sudah puas menggunakan, maka langsung dikembalikan. Karena tahu bahwa semakin lama merasakan, ada perasaan kehilangan karena terlalu menyukai.
Nama baik dipertaruhkan dan ketika jadi buruk, pasti sulit mencicipi produk lainnya. Apalagi yang terbaru. Berharap kotak kayu datang sama saja seperti kehilangan uang di lautan.
...
Saya tidak mengerti apakah saya harus bahagia atau biasa saja. Kotak kayu yang datang bukan saja mengganti peran laptop lama saya yang sudah digunakan sejak tahun 2014, tapi juga mengabulkan resolusi saya yang saya sudah tulis dari tahun 2018. Saya merasa dilema.
Semua menginginkan yang terbaik meski itu terasa sulit. Mungkin sekarang yang bisa dilakukan adalah melakukannya sebaik mungkin. Saya harus menjelajah lebih jauh isi kotak kayu sebelum kembali kepada yang punya.
Terima kasih, Tuhan.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar