Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Ada Alasan Bersepeda Hari Ini

[Artikel 19#, kategori sepeda] Ketika kamu memiliki tujuan untuk dituju, di situ kamu berusaha terus maju. Tak peduli seberapa jauh dan membuat jemu, percayalah garis akhirnya selalu menyenangkan. Saya ingin merasakan nikmatnya, meski itu hanya sesaat.

Sudah lama ternyata saya tidak menulis tentang aktivitas bersepeda. Saya senang pergantian umur di tengah tahun ini yang artinya umur saya sekarang adalah 34 tahun, saya masih diberi kesehatan untuk mengayuh pedal sepeda.

Mengukur jarak awalnya

Saya ingin melakukannya diam-diam hari ini, Kamis (3/9), sebenarnya. Biar nanti saat ke tempat tinggalnya, saya dapat memprediksi waktu dan medan (jalanan) yang ditempuh dengan bersepeda.

Setelah melakukan persiapan seperti biasanya, saya pergi dari rumah pukul 05.12 wib. Saya ingin berjalan santai, menikmati udara pagi dan suasana jalanan.

Tidak lupa untuk mengaktifkan aplikasi google fit biar mudah mengetahui jarak dari rumah ke tempat tinggalnya. Aplikasi yang bagus untuk saya rekomendasikan buat kamu yang suka berolahraga.

Perjalanan mulai sedikit berat ketika melintas lampu merah yang seberangnya ada gedung Polda. Sepeda yang sudah saya pakai ini sudah 8 tahun dan sekedar sepeda lipat. Ketika bertemu tanjakan, di sana nafas saya mulai tidak beraturan.

Tantangan kedua kembali datang saat melintas saat kembali dipertemukan dengan tanjakan sekitar Gereja yang berada dekat dengan rumah sakit Kariadi.

Selebihnya, jalanan dibabat habis. Saya senang dengan jalanan di Kota Semarang yang bukan hanya luas, tapi juga mudah dilalui sepeda.

Berkencan pagi hari

Akhirnya saya tiba di depan Taman Sampangan yang juga disambut pesan datang dari smartphone. Rupanya dia sudah bangun. Tanpa sadar, saya malah memberitahu keberadaan saat ini. 

Duh, malah disuruh menghampirinya. Awalnya hanya ingin mengukur jarak, malah diajak bertemu. Yasudahlah, saya tidak ragu mendatanginya, sekaligus menyampaikan rindu ini yang tak pernah jemu setiap bertemu.

Sambil membeli makanan kesukaannya, jadilah tempat duduk yang berada di depan rumah berubah menjadi tempat kencan. Meski dia belum mandi, haha. Bagian ini semoga tidak kesel saat membacanya.

...

Setelah melihat aplikasi, jarak rumah sampai ke tempat tinggalnya membutuhkan jarak kurang lebih 10 km dengan durasi waktu 1 jam 4 menit. Total keseluruhannya tinggal kali dua saja. Ya, 20 km.

Hari ini, ada alasan untuk bersepeda. Mungkin ini yang dinamakan indahnya mencintai. Ingin melakukan apa saja untuk membuat wanitanya bahagia. Entah, apakah ia benar-benar bahagia karena niat awal saya tidak utarakan haha.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile