Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Malam Minggu Pertama Kami

[Artikel 46#, kategori Cinta] Bukan hanya cantik, dia begitu seksi malam itu. Saya sampai waswas sendiri karena ia benar-benar memesona di malam minggu pertama kami. Kota Lama Semarang, 12 September 2020, akhirnya kami bisa malam mingguan.

Untunglah malam ini sangat cerah. Pandemi seolah tak berarti bagi orang-orang. Kota Lama begitu ramai, banyak kekhawatiran sebenarnya untuk keluar malam ini. Tapi saya ingin punya kesan mendalam dengan kawasan ini.

Naik ojek online

Tidak ada adegan romantis seperti saat muda yang penuh tenaga ketika menjemput wanita. Jalan raya yang ditaburi sinar cahaya, sambil adegan berpelukan mesra. Benar-benar rindu suasana saat itu.

Karena tidak ada kendaraan, pacaran gaya sekarang terpaksa menggunakan ojek online. Saya malu sebenarnya karena tidak menjemputnya, tapi mau gimana lagi.

Kota Lama

Dia telah tiba lebih awal. Saya pikir ia mengetahui dengan benar seperti apa kawasan peninggalan Belanda ini. 'Di mana, sayang?' chat yang terkirim.

'Di dekat taman', balasnya.

Karena komunikasi tidak jelas, kami sempat beradu argumen. Taman yang saya maksud adalah Taman Srigunting, sedangkan ia rupanya sedang berada di Taman Lampion. 

Langkah kaki saya langsung bergegas ke arahnya karena ia sudah mulai bosan menunggu. Pedestrian yang indah di Kota Lama benar-benar ramai. Kata jaga jarak begitu menakutkan bila tidak cerdas membaca gerakan.

Dia sedang duduk menunggu. Si Nyonya kalau sudah bete, jangan pernah mengganggunya. Berabe jadinya. Sebagai pria tentu ini adalah kelemahan, karena wanitanya bila tidak dipuja-puji bak dewa, bakal disemprot abis-abisan. Ingat ini, wanita tidak pernah salah.

Sebelum menikmati malam berdua yang ditemani es kelapa dan roti bakar, kami berjalan-jalan sejenak. Karena malam ini ia begitu cantik, saya benar-benar bangga padanya.

Saya mengambil gambarnya saat ia membelakangi salah satu gedung yang indah di Kota Lama. Meski orang-orang tidak memberi kesempatan ruang kosong di belakangnya, gambarnya tetap bisa saya ambil. Meski beberapa harus dihapus karena tidak enak dilihat.

Alunan musik

Sudah sangat lama tidak bersama wanita, khususnya malam minggu. Saat saya membuka tulisan saya tahun 2019, malam minggu kebanyakan dihabiskan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Ironis, bukan.

Namun, kini saya bersama wanita tercantik di dunia. Malam minggu yang sempat gagal sebelumnya, terlaksana juga akhirnya. 

Suasana di luar ruangan dengan live music performance memberi perbedaan malam itu. Memang tidak seromantis malam berdua di meja makan, tapi ini adalah pencapaian yang kami harapkan setelah 6 bulan terpisah jauh.

Tanpa sadar, kami terhanyut alunan musik yang terucap dari bibir kami mengikuti penyanyi yang ada di depan kami. Musiknya sangat cocok malam itu.

Nasi goreng babat khas mberok

Tangannya tidak ingin saya lepas meski keramaian di Kota Lama belum usai juga. Saya benar-benar bahagia bersamanya malam itu.

Kami berjalan, menelusuri tiap bangunan dan melewati orang-orang yang juga sebagian sedang bersama pasangan.

Ia meminta berhenti. Gulali berwarna pink rupanya menggodanya. Kalau kamu pikir itu murah, jangan berharap. Entah kenapa para pedagang memanfaatkan momen kami dengan harganya yang terbilang mahal. Ya, tak apalah. 

Semenjak renovasi, pedestrian Kota Lama memang terlihat nyaman dan mengesankan suasana romantis di malam hari.

Kaki kami masih terus berjalan sampai akhirnya tiba dengan ide menikmati nasi goreng di dekat jembatan mberok. Nasi goreng legenda, kata saya.

Tidak perlu saya ceritakan bagaimana nikmatnya nasi goreng di sini, meski harus menunggu lama. Cerita malam minggu kami berakhir.

Setelah itu, kami pulang. Sampai di sini dulu sebelum saya akhirnya menutup pintu mobil yang membawa kami pergi.

...

Terima kasih, sayang!

Saya tahu sudah beberapa kali meminta waktu setelah kamu tiba di Semarang, masih tak kunjung bisa. Malam minggu ini yang pertama kali adalah spesial. Saya sangat senang, semoga kamu juga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh