Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kamu Hebat, Sayang!

[Artikel 44#, kategori Cinta] Lega, kata yang menandakan bahwa apa yang sudah dilakukan selama 6 bulan ini tidak sia-sia. Kamu hebat. Sekarang waktunya kamu beristirahat. Menikmati waktu tidur lebih pulas tanpa harus buru-buru setiap paginya.

Suara musik terdengar di udara malam yang sedang merayakan Hari Kemerdekaan. Malam tadi, masyarakat Semarang pada umumnya, termasuk sekitar rumah, menggelar malam tirakatan. Semacam rasa syukur untuk peringatan hari jadi Bangsa Indonesia.

Tangan saya meraih ponsel yang tak jauh dari kepala saya. Respon saya sangat tinggi ketika bunyi pesan masuk dari dia. Meski mata masih sayup, saya masih sempat melihat arah jam digital di ponsel yang menunjukkan pukul 1 dini hari.

Pesan dari dia

Enam bulan pekerjaannya di negeri seberang akhirnya berakhir. Sebuah rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada saya karena terus menemaninnya.

Saya hanya bisa ucapkan bahwa kamu sangat hebat.

Saya tahu bagaimana ia melewati 6 bulan tidaklah mudah. Perasaannya, waktu terbuangnya, penderitaannya, dan segala tetek bengek antara dia dan saya.

Ini sungguh indah ketika akhirnya sampai pada titik ini. Selamat beristirahat kamu. Tidurlah dengan pulas dan nikmatilah setiap nafas.

Kamu berhak mendapatkan penghargaan untuk kerja kerasmu.

Terima kasih untuk tetap tegar dan sabar.

Aku menyayangimu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile