Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo Agustus 2020; Sebuah Penantian


[Artikel 78#, kategori catatan] Tidak terasa, saya sudah sampai di sini. Menantinya hanya tinggal hitungan minggu. Rindu serindu-rindunya, pokoknya. Beban yang selama ini dipikul bakal terasa ringan. Tidak mudah menjaga pikiran ini tetap normal, namun saya melakukannya.

Kekhawatiran pandemi yang terus meningkat di Kota Semarang benar-benar merusak tatanan yang telah dibuat jalan. Padahal, untuk membuka jalan yang masih lebat karena hutan, tidaklah mudah. 

Sekarang. Uang logam nominal 100 rupiah pun sangat berharga. Apalagi dikumpulkan menjadi satu, lalu kemudian diplester dengan isolasi bening. Setidaknya, saya bisa mengumpulkan 2 ribu rupiah yang dapat digunakan untuk pompa ban sepeda.

Sebuah penantian

Meski saya menderita dari sisi finansial, saya selalu menepuk kedua pipi saya ketika frustasi datang. Plak..plak..plak.. tidak tidak, bukan hanya saya saja yang terdampak karena covid-19. Bahkan ada yang lebih menderita lagi dari saya. Ini hanya ujian dan segera akan berlalu.

Begitu saya menyemangati hari-hari saya untuk terus optimis. Apalagi bulan Agustus sudah tiba. Ada harapan baru, lembaran baru yang belum diceritakan dan menantinya kembali dari luar negeri.

Saya tidak sabar untuk memeluknya dan mendekapnya erat agar jiwa dan raga saya yang hilang beberapa bulan bisa kembali utuh. Masa depan kami memang sudah dituliskan, tapi kami ingin menikmati waktu yang masih diberikan.

Terus berjuang

Saya mengerti orang-orang butuh tempat beraktualisasi diri. Mereka semakin tidak malu mengumbar perasaan mereka. Sedih, senang dan duka, hanya sebuah cerita yang entah disengaja atau sebaliknya.

Mengapa mereka masih mengeluh ketika mereka sebenarnya lebih baik dari saya. Apakah kenyamanan adalah alasan. Atau kiasan agar orang-orang seperti saya menyapanya?

Menjadi pria seperti saya saat ini memang harus terus berjuang. Tidak mudah menjadi dewasa yang makin hari semakin merajalela. Ya, itu pikiran dan tuntutan yang datang dalam diri. Seolah, kemana saja selama ini?

...

Halo Agustus, saya terus berdoa agar setiap harinya dapat berubah. Ketika takdir sudah ditulis, hanya kerja keras yang perlu dirilis. Bertahan, bertahan dan bertahan.

Banyak kabar baik yang siap menyambut saya di bulan kedelapan ini. Saya harap semua baik-baik saja dan sesuai harapan. Dan semoga, tidak terdampak covid-19. Saya masih punya banyak mimpi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh