Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

[Masih] Pria Biasa


[Artikel 3#, kategori Pria 31 Tahun] Awal Agustus, ini berarti saya sudah melewati hari-hari krusial sebagai pria dewasa berumur 31 tahun. Tidak ada bedanya keseharian saya dengan umur sebelumnya, kecuali memikirkan bagaimana bekerja lebih keras lagi. 

Saya masih mencintai Pagi,
Dan saya juga masih rutin bersepeda

Rutinitas dini hari saya juga masih sama. Yang membedakan dengan tahun-tahun sebelumnya adalah angka 1 dibalik umur saya. Serius, saya tak banyak berubah. Tapi saya bersyukur, rambut saya masih tebal.

Beberapa minggu perjalanan saya diumur yang bertambah ini, saya bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Seorang wanita cantik, tubuh ideal dan kini, ia lebih religi ketimbang beberapa tahun lalu.

Saya pikir ini kesempatan bagus untuk mengucapkan apa kabar. Karena orangnya memang ramah, komunikasi kami sangat lancar. Hanya saja saat disinggung soal masa depan, perempuan kenalan saya ini yang masih single sudah punya impian sendiri seperti apa pria pendampingnya. 

Ah..sepertinya saya bukan pria impiannya. Kadang saya berpikir aneh, memikirkan orang lain tentang mimpi dan tak ingin merusaknya. Perempuan baik dan penuh semangat seperti dia, sebaiknya memang, memiliki pendamping yang kurang lebih sama dengan dia. Saya memilih mundur dan cuma bertahan beberapa hari berkomunikasi dengannya. 

Saya kembali menjadi pria pengecut untuk berkorban mendapatkan wanita hebat. Saya seolah terbelenggu bagaimana membangun reputasi saya tentang kebahagiaan yang harus diraih. Bagaimana saya bisa mengejarnya kalau saya tak punya senjata.

Bulan Agustus, saya harus melupakannya dan kembali mencari wanita lain yang mungkin ada di suatu tempat. Wanita yang tak membuat saya berpikir keras tentang masa depan dan impiannya dan mau menemani saya. Itu sulit, hanya saja saya sedang berusaha mencobanya.

Bukan berarti tidak memberi kesempatan pada wanita yang lain. Tapi begitulah watak Cancer, melihat bunga selalu yang indah-indah dan menyenangkan.

Ketika melihat teman saya yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, saya berpikir sejenak. Andai saya ada diposisi mereka, apakah saya akan tetap menulis perjalanan hidup saya.

Secangkir kopi sepertinya cocok menemani tiap waktu untuk aktivitas saya tersebut. Dan sebuah rahasia di bulan Juli kemarin adalah kopi sachet yang saya beli sekarang harganya lebih murah dari harga biasanya. Lumayan menghemat pengeluaran.

Selamat datang Agustus,
Ini adalah postingan tentang pria 31 tahun.

*Foto di atas hanya sebagai ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh