Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Review Film One Week Friends


Film ini punya cerita bagus meski bagian akhirnya bukan seperti yang saya harapkan. Dari total durasi 2 jam diputar, film ini memberi pesan tentang seberapa penting arti menulis bagi kehidupan. Film ini layak saya masukkan ke blog ini, semoga kamu juga suka.

Tak banyak film Jepang yang saya masukkan dalam tulisan saya di blog, meski beberapa kali saya menontonnya. Lain cerita film garapan sutradara Shôsuke Murakami yang dirilis Februari 2017 ini. 

Film tentang pertemanan

Saya menyukai film bertema anak Sekolah. Apalagi dari negara Jepang maupun Korea, mereka selalu membuat saya tertarik. Makanya saya selalu membandingkan film Indonesia yang bertema Sekolah, apakah sesuai harapan saya atau tidak. 

One Week Friends hadir dengan nuansa anak Sekolah, atau bisa dibilang anak SMA. Para pemerannya sangat familiar meski saya tidak begitu ngefasn seperti film Drama Korea. Film ini juga sebenarnya adaptasi langsung dari manga series populer bernama “Isshukan Friends” oleh Matcha Hazuki yang di publikasikan pada 21 Januari 2012 hingga 22 Januari 2015 di magazine Gangan Joker.

Haruna Kawaguchi, diplot sebagai pemeran wanita utama yang memiliki penyakit setelah kecelakaan yang pernah dialaminya di waktu SMP. Penyakitnya adalah melupakan temannya setelah hari Senin. Lihat judul film ini.

Pemeran pria utama adalah Kento Yamazaki. Sama seperti pemeran wanita, keduanya sangat familiar lewat film-filmnya yang sudah saya tonton. Dan untuk alasan inilah, saya menonton film ini.


Cerita

Kali ini bukan si cowok yang so cool, yang biasanya membuat saya tertarik menonton film Jepang. Namun si cewek yang terlihat manis meski kelihatan sombong dan tidak mau berteman.

Keduanya dimulai dengan kecanggungan di sebuah perpustakaan, saat si Kento yang berperan sebagai Hase menemukan kartu perpustakaan. Ia merasa nama di kartu tersebut adalah cewek yang cantik. Dan benar saja, beberapa saat si pemilik datang dan memandang si Hase seperti cowok mesum.

Berbagai usaha dilakukan si Hase untuk dapat berteman dengan si cewek yang tak lain tak bukan adalah Hanura yang berperan sebagai Kaori. 

Ketika usahanya terus menjadi sia-sia, Hase baru mengetahui tentang permasalahan yang terjadi pada Kaori yang selama ini dikenal pendiam dan tidak ingin berteman. Apakah Hase menyerah setelah tahu bahwa Kaori akan melupakan siapa saja setelah hari Senin. (Kecuali orang tuanya).

Selain perjuangan Hase menemukan cara untuk berteman dengan Kaori, sisi pertemanan dengan sahabatnya juga menarik. Sahabatnya adalah cowok yang suka tidur di kelas namun punya otak encer saat disuruh maju. Pokoknya pintar, deh.

Kembali ke Hase, saat ia belajar di kelas, ia menemukan ide setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya buku catatan. Dari sana, usahanya tidak sia-sia. Hase berhasil meyakinkan Kaori untuk bertukar buku catatan yang tujuannya saat ia lupa, ia bisa kembali membaca buku catatan yang ditulis setiap hari.

Saat semua berjalan menyenangkan, konflikpun dimasukkan. Teman-teman masa lalu, satu persatu dihadirkan. Dan salah satunya merupakan cowo yang disukai Kaori. Bagian ini, saya sedikit baper. Seperti mengingatkan saya tentang berbuat baik lebih penting ketimbang memaksakan diri terlihat benar.

Harapan Hase agar Kaori bisa terus berteman ternyata kandas setelah Kaori mulai mengingat si cowok yang ia suka dan kini berada satu Sekolah. Perayaan kelulusan menjadi momentum bagaimana perasaan penonton akan dibawa. Apakah menyukai atau tidak?

Kaori semakin sering bersama Hajime yang diperankan oleh ShÅ«hei Uesugi, teman prianya sewaktu SMP dulu. Hase harus menerima nasib sebagai cowo seperti awal semula film ini dimulai, alias tidak dikenal.

Bagian akhir ditutup dengan Kaori yang akhirnya menyadari siapa Hase yang ia lupakan lewat sebuah buku tebal dengan gambar yang memiliki cerita saat halamannya dibuka secara cepat. 

Dan inilah bagian yang saya tidak suka ketika mereka akhirnya bersatu. Itu bukan cinta, tapi hanya sebuah pertemanan yang diucapkan sebelum lagu soundtrack film One Week Friends menutup film ini.

Manfaat menulis

Dari berbagai hal yang saya sukai dari film ini, yang paling menarik adalah bagian menulis buku catatan atau diary. Menulis itu menyembuhkan. Saat seseorang seperti Kaori bermasalah pada memori otaknya dan membuatnya lupa, menulis menjadi alat efektif untuk mengingat kembali.

Ada sentuhan emosial saat kita mengingatnya meski hanya sebuah tulisan. Maka tak heran, dalam penyembuhan, terapi menulis itu sangat penting rupanya.

Sumber gambar : Gambar 1 (drakorindonesia.com) dan gambar 2 (seikawa.net)
...

Film ini mengingatkan saya pada jaman Sekolah dan saya menyadari, tidak punya kisah sebagus ini. Sebagai pria, sosok Hase yang membiarkan Kaori bersama teman cowok dari masa lalunya dan tidak menganggu merupakan bagian yang saya suka. Itulah saya, pasti juga akan membiarkan wanita yang disuka bahagia dengan pilihan mereka.

Dan ketika ikhlas membiarkan mereka bersama, saya sebenarnya tidak berharap bahwa si wanita akan datang menemui saya karena merasa gimana. Saya akan suka, saat wanita itu datang dengan sendirinya dan mengetahui betapa pentingnya saya buatnya.

Begitulah film ini memberi kesan kepada saya selain ceritanya yang memang sangat bagus. Kadang, sesekali melihat wanita mengejar pria itu menyenangkan setelah si pria melakukan banyak hal kepadanya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh