Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tidak Aman

[Artikel 110#, kategori blogger] Saya pikir jalan kali ini sudah aman. Saya tidak perlu khawatir lagi, meski untuk bersandar sebagai penopang masih sulit. Bersyukur karenanya saya tetap merasakan punya saldo di dompet digital. Apalagi pandemi saat ini. Tapi kenyataan selalu tidak mengenakkan.

Beberapa orang mendapatkan gaji bulanan, tidak masalah tidak terlibat dalam sebuah kampanye yang sering terlibat. Tapi bagaimana dengan saya? Harapan tinggi yang sudah terbangun mendadak rusak karena ada misi lain.

Tidak aman

Aktivitas yang sudah konsisten berjalan setiap bulan, membuat saya senang karena nafas saya masih panjang untuk online. Saya percaya sama mereka dan bagaimana pengaruh seseorang di dalamnya.

Saya bekerja keras untuk menepati tugas-tugas yang diberikan. Memang beberapa kali gagal dan perlu diingatkan. Saya bersalah untuk itu.

Kemampuan untuk belajar dan tidak mengulangi adalah keyakinan untuk memberi yang terbaik. Ketika saya sudah berada di jalur yang benar, malah mendadak terdepak.

Saya kembali belajar lagi bahwa kerja keras, konsisten, bersikap baik, tidak akan berguna di dunia ini. Apalagi jadi penggembira, bukan pengelola.

Sudah tidak berhasrat

Penyakit saya kambuh lagi. Saya memilih diam ketika ada sesuatu yang salah dengan keadaan. Sebenarnya saya marah karena perjalanan yang dilalui bersama, mendadak ada bangku lebih untuk orang lain.

Saya sudah bertanya pada orang yang memulai kampanye. Tidak ada inisiatif darinya. Itu murni dari perorangan. Karena saya tahu bahwa itu bukan dari arus utama, saya sekarang sudah tidak berhasrat mengikuti.

Entah kenapa, ketika semua seolah baik-baik saja. Selalu ada yang membuatnya tidak baik. Semoga saya mengerti dan lebih dewasa menyikapi situasi seperti ini.

Yang jelas, tidak ada yang kekal. Meskipun sudah menggunakan akal sehat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat