Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tidak Aman

[Artikel 110#, kategori blogger] Saya pikir jalan kali ini sudah aman. Saya tidak perlu khawatir lagi, meski untuk bersandar sebagai penopang masih sulit. Bersyukur karenanya saya tetap merasakan punya saldo di dompet digital. Apalagi pandemi saat ini. Tapi kenyataan selalu tidak mengenakkan.

Beberapa orang mendapatkan gaji bulanan, tidak masalah tidak terlibat dalam sebuah kampanye yang sering terlibat. Tapi bagaimana dengan saya? Harapan tinggi yang sudah terbangun mendadak rusak karena ada misi lain.

Tidak aman

Aktivitas yang sudah konsisten berjalan setiap bulan, membuat saya senang karena nafas saya masih panjang untuk online. Saya percaya sama mereka dan bagaimana pengaruh seseorang di dalamnya.

Saya bekerja keras untuk menepati tugas-tugas yang diberikan. Memang beberapa kali gagal dan perlu diingatkan. Saya bersalah untuk itu.

Kemampuan untuk belajar dan tidak mengulangi adalah keyakinan untuk memberi yang terbaik. Ketika saya sudah berada di jalur yang benar, malah mendadak terdepak.

Saya kembali belajar lagi bahwa kerja keras, konsisten, bersikap baik, tidak akan berguna di dunia ini. Apalagi jadi penggembira, bukan pengelola.

Sudah tidak berhasrat

Penyakit saya kambuh lagi. Saya memilih diam ketika ada sesuatu yang salah dengan keadaan. Sebenarnya saya marah karena perjalanan yang dilalui bersama, mendadak ada bangku lebih untuk orang lain.

Saya sudah bertanya pada orang yang memulai kampanye. Tidak ada inisiatif darinya. Itu murni dari perorangan. Karena saya tahu bahwa itu bukan dari arus utama, saya sekarang sudah tidak berhasrat mengikuti.

Entah kenapa, ketika semua seolah baik-baik saja. Selalu ada yang membuatnya tidak baik. Semoga saya mengerti dan lebih dewasa menyikapi situasi seperti ini.

Yang jelas, tidak ada yang kekal. Meskipun sudah menggunakan akal sehat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh