Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Masakan Pacar

[Artikel 94#, kategori aktivitas] Selalu menyenangkan setiap dimasakkan, apalagi dikasih bekal untuk dibawa pulang. Hari ini (16/9), alasan bersepeda adalah mengambil masakan dia yang sudah dipersiapkan. 

Satu wadah yang ada di meja (gambar), plus wadah berwarna menjadi teman satu minggu makan saya di rumah. Karena sangat berharga, sampai-sampai harus dimakan dengan sedikit-sedikit. Biar tidak cepat habis.

Mengambil ke tempatnya

Saya seperti tidak berdaya ketika disuruh mengambil masakannya, terutama jaraknya yang jauh dari rumah. Memang benar, saya sudah sekali mampir ke sana. Tapi untuk dikasih bekal makan, ini adalah pengalaman pertama.

Entah apa yang dipikirkannya tentang kehidupan saya yang menurut saya biasa saja. Apakah begitu memprihatinkan karena setiap makan, lauknya itu-itu saja.

Serius saya malu

Pagi yang masih sepi lalu lalang kendaraan, tubuh saya sudah beranjak dengan pedal menuju tempatnya. Saya pikir itu terlambat karena sempat berhenti di Pom Bensin karena kebelet. Tapi syukurlah sampai sana tepat waktu.

Awalnya saya berpikir hanya untuk mengambil masakannya dan pulang. Bila sebelumnya ada alasan bersepeda pagi untuk berkencan, kali ini malah disuruh sarapan juga.

Serius saya malu di sana. Bukan kepadanya, tapi malu kepada penghuni lainnya apabila bangun dan memergoki saya di sana.

"Cowok apaan, datangin pacarnya malah numpang makan", batinku berbicara.

Tapi, setiap kata yang keluar darinya adalah mutlak, terpaksa nurut saja dan membiarkan wajah merah seperti film anime yang terlihat malu-malu.

...

Saya sangat senang mendapatkan makanan hari ini dari dia. Meski berkali-kali disuruh panasin setiap ingin disantap, tapi saya lebih senang menyantapnya saat dingin (dari kulkas).

Bersyukur memiliki dia hari ini. Sudah cantik, jago masak pula. Eh...berlebihan deh. Cut cut.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh