Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Motivasi Lain Selain Kesenangan, Uang!

[Artikel 109#, kategori blogger] Pandemi saat ini benar-benar membuat khawatir. Namun tidak punya uang adalah kekhawatiran paling besar. Lupakan sejenak tentang koronavirus, kebutuhan lain juga perlu diurus.

Akhir bulan, kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran pariwisata saat pandemi akan menutup cerita bulan September. Doakan saya untuk selalu diberi keselamatan dan kesehatan setelah selesai acara di sini.

Sebagai bloger, ini adalah kesempatan kembali menyuarakan diri betapa pentingnya blog sebagai salah satu alat pemasaran online yang powerful.

Saya heran sendiri, kenapa saya selalu jadi penonton di kota tempat kelahiran dotsemarang.

Di media sosial, pemilik blog bertransformasi menjadi orang atau akun yang dianggap berpengaruh. Bahasanya yang banyak digunakan yaitu, influencer.

Meski begitu, tidak semua pemilik blog dianggap influencer. Mereka memang berpengaruh, tapi hanya dalam lingkaran yang mereka ikuti dan mereka buat. Atau bahkan malah menyembunyikan identitasnya karena tujuannya ngeblog bukanlah membangun reputasi diri.

Yang jadi masalah untuk kegiatan saat sekarang adalah penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Ini tidak boleh sedikit saja salah, karena taruhannya nyama. Kok lebay? Tapi kenyataannya memang separah itu. Rasanya seperti sedang berjuang di medan perang.

Misi lain

Pandemi benar-benar berdampak. Saya harap tidak lelah atau menyerah. Semua sendi-sendi kehidupan berubah 360 derajat.

Bila beberapa tahun sebelumnya saya menyukai aktivitas pemasaran online lewat blog, dibayar ala kadarnya saya manut, tapi hari ini saya memiliki misi lain.

Saya butuh pemasukan sekecil apapun. Tidak munafik menerima itu semua, meski bila saya buat persentasi, kesenangan dan pengalaman masih di atas 50%.

Sedangkan misi lain itu, uang, sekitar 40-45%. Entahlah apakah bisa tercapai. Saya sangat berharap untuk itu. Jati diri saya masih ada, hanya saja tanpa uang saya tidak bisa beli kuota. Dan impian-impian lain yang sudah dihadapkan dengan usia.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh