Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Motivasi Lain Selain Kesenangan, Uang!

[Artikel 109#, kategori blogger] Pandemi saat ini benar-benar membuat khawatir. Namun tidak punya uang adalah kekhawatiran paling besar. Lupakan sejenak tentang koronavirus, kebutuhan lain juga perlu diurus.

Akhir bulan, kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran pariwisata saat pandemi akan menutup cerita bulan September. Doakan saya untuk selalu diberi keselamatan dan kesehatan setelah selesai acara di sini.

Sebagai bloger, ini adalah kesempatan kembali menyuarakan diri betapa pentingnya blog sebagai salah satu alat pemasaran online yang powerful.

Saya heran sendiri, kenapa saya selalu jadi penonton di kota tempat kelahiran dotsemarang.

Di media sosial, pemilik blog bertransformasi menjadi orang atau akun yang dianggap berpengaruh. Bahasanya yang banyak digunakan yaitu, influencer.

Meski begitu, tidak semua pemilik blog dianggap influencer. Mereka memang berpengaruh, tapi hanya dalam lingkaran yang mereka ikuti dan mereka buat. Atau bahkan malah menyembunyikan identitasnya karena tujuannya ngeblog bukanlah membangun reputasi diri.

Yang jadi masalah untuk kegiatan saat sekarang adalah penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Ini tidak boleh sedikit saja salah, karena taruhannya nyama. Kok lebay? Tapi kenyataannya memang separah itu. Rasanya seperti sedang berjuang di medan perang.

Misi lain

Pandemi benar-benar berdampak. Saya harap tidak lelah atau menyerah. Semua sendi-sendi kehidupan berubah 360 derajat.

Bila beberapa tahun sebelumnya saya menyukai aktivitas pemasaran online lewat blog, dibayar ala kadarnya saya manut, tapi hari ini saya memiliki misi lain.

Saya butuh pemasukan sekecil apapun. Tidak munafik menerima itu semua, meski bila saya buat persentasi, kesenangan dan pengalaman masih di atas 50%.

Sedangkan misi lain itu, uang, sekitar 40-45%. Entahlah apakah bisa tercapai. Saya sangat berharap untuk itu. Jati diri saya masih ada, hanya saja tanpa uang saya tidak bisa beli kuota. Dan impian-impian lain yang sudah dihadapkan dengan usia.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat