Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketika Bloger ASUS Mendadak TikTok


[Artikel 107#, kategori blogger] Akhirnya ASUS Indonesia ikut ambil bagian dalam kampanye promosinya yang menggunakan TikTok sebagai salah satu alat pemasarannya di bulan Mei kemarin. Dan bagian ini, mau tidak mau, mereka yang tergabung dalam anggota BLUS (Bloger ASUS) turut hijrah untuk meramaikan.

Tidak mudah mengajak orang-orang berpindah ke TikTok, apalagi untuk mereka yang sudah memiliki jati diri di dunia maya saat ini. Hal pertama yang dipikirkan adalah TikTok kurang baik karena sempat memiliki sejarah buruk di awal-awal hadir di Indonesia.

Persepsi ini terus berkembang, bahkan hingga sekarang. Meski pada akhirnya pada yang banyak luluh karena TikTok juga sepertinya belajar dari kesalahan. Luasnya berbicara tentang pemasaran juga mempengaruhi sebuah pemikiran bahwa media sosial tidak sekedar pamer diri. Ada tujuan tertentu untuk hadir di sana.

Berharap tidak sekedar lewat

Kehadiran pemilik blog di TikTok memang bukan tanpa sebab. ASUS Indonesia dengan rayuan mautnya, terutama hadiah yang disodorkan bila mengikuti tantangan, mau tidak mau menarik minat banyak anggota.

Memang tidak semua, hanya beberapa yang mencoba dan baru-baru nimbrung. Sisanya, selain yang sudah lama aktif, hanya mengamati. Saya malah mendapatkan salah satu anggota yang ingin mencoba, malah tidak jadi karena mengetahui isi kontennya kurang baik.

Begitulah bila tujuannya hanya sekedar melihat gambar. Bukan bagaimana memanfaatkan platform sebagai bagian dari pemasaran. Ya, TikTok adalah tempat para generasi Z berekspresi. Di luar Indonesia, bila mau mengulik lebih jauh, banyak yang memanfaatkannya sebagai wadah membuat konten.

Memahami ini tidak mudah memang, apalagi sekali dua kali mencoba. Saya harap anggota Blus yang mendadak TikTok tidak sekedar hadir di sana karena ada ASUS yang ingin memperluas promosi.

Memahami pemasaran media sosial

Saya mengerti saat berupaya ingin pergi (masuk ke TikTok), pengguna dihadapkan konten-konten yang membuat mata tidak sedap, terutama untuk pengguna yang sudah berada di atas 35 tahun. TikTok terlalu serius buat mereka.

Tidak ada yang salah dengan ini karena aplikasi TikTok dijalankan sesuai regional suatu negara. Kita yang tinggal di Indonesia, maka saat pertama kali menggunakan TikTok akan dihadirkan konten-konten dari pengguna Indonesia. Sialnya, kebanyakan yang bertema senang-senang dan diisi kaum hawa.

Seiring waktu, andai masih bertahan, algoritma TikTok mulai bekerja. Pengguna yang aktif, terus mengunggah dan menyukai postingan pengguna lain diberikan konten-konten yang memiliki nilai tambah. Bahkan sekarang banyak pengguna TikTok Indonesia yang memanfaatkan platform untuk membuat konten, bukan tempat ajang pamer.

Di sini, kita yang mulai terjun harus pandai melihat algoritma dan membaca peluang. Berpikir lebih dalam, apa yang bisa disampaikan dengan menjadi pengguna TikTok. Apakah membangun personal branding, promosi konten atau menjadi influencer TikTok. Bagian akhir ini sekarang cukup ramai dibicarakan.

Anggota bloger ASUS yang sudah sangat terdepan dalam urusan pembuatan konten tentu ini adalah ladang baru yang tak sekedar hijau dan masih tandus. Saya percaya di tangan mereka, ladang (platform) ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan bijak.

Kuncinya satu, terus mencoba dan mencoba. Tidak mungkin dalam satu hari atau seminggu hingga sebulan langsung menjadi hits. Bila ada pun, saya akan beri tepuk tangan. Selamat, Anda berhasil lulus ujian.

Beberapa brand semakin sering memanfaatkan TikTok sebagai alat pemasaran mereka. Tentu, rekan-rekan saya sudah seharusnya mengerti tentang pemasaran media sosial. 

Bangun merek pribadi di sana dari sekarang. Tidak apa-apa masih sembarangan dalam menerbitkan postingan, waktu jua yang nanti akan menentukan. Tinggal menunggu momen tertentu untuk meraup untung dari sana.

...

Ah, saya sudah terlalu banyak bicara kali ini. Meski sampai berbusa-busa pun tentu bila sudah skeptis, semanis apapun tetap saja tidak suka. Saya sendiri juga termasuk bagian dari Blus.

Buat anggota Blus, saya harap tidak berhenti berkarya di sana. Sah-sah saja mengejar hadiah dan alasannya karena ASUS. Di masa depan, saya harap tidak banyak anggota yang terdengar tumbang. Alias berhenti mengupdate konten.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh