Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Mas, Aku Mau Menikah

[Artikel 12#, kategori keluarga] Tidak menyangka, si Bungsu lebih dulu akan menikah dari kakak-kakanya. Kabar baik sebenarnya. Setidaknya, orang tua ikut bahagia karenanya. Harapan menimang cucu, bakal terwujud beberapa waktu ke depan. Hanya saja.

Sebagai pria, kita perlu sebuah kekuatan yang menopang masa depan. Kekuatan yang terbungkus harta dan jabatan, sangat penting menjaga mahligai agar tidak mudah roboh.

Benar, segerakan menikah bila melihat dari sisi agama. Namun tulisan ini adalah pikiran saya sebagai pria. Saya tidak ingin melihat kesenangan dahulu dan akhirnya menderita kemudian. 

Berharap yang terbaik

Ketika saya mengomentari anak muda sekarang yang lebih cepat menikah, khususnya di bawah 25 tahun, saya malah berhadapan dengan keluarga sendiri.

Tahun 2019, saya sudah sempat berpikir serius dengan seorang wanita yang berusia di bawah 25 tahun yang ingin kami menikah. Saya ingin mengenalnya dulu, tidak ingin buru-buru. Tapi takdir berkata lain, ia pergi tanpa bertanggung jawab dengan harapan yang ingin saya wujudkan untuknya.

Seolah menjilat ludah sendiri, meski tidak dilakukan. Andai keluarga kami memiliki warisan turun temurun yang cukup kaya, tentu tidak masalah. Sayangnya ini bukan kisah dalam komik.

Saya kali ini hanya bisa berharap yang terbaik. Nasi sudah menjadi bubur. Bukan untuk menghalangi, hanya saja ingin bilang sebagai pria, kerja keraslah dulu dan nikmati hidup.

Jangan jadi beban di masa depan

Saya ingin berpartisipasi, membantu dan melihat si bungsu bahagia. Namun karna koronavirus, sepertinya tidak mungkin dilakukan.

Pandemi begini sangat menakutkan, tapi entah kenapa itu seolah dianggap sebagai pembuktian diri. Dengan pekerjaan yang sudah dimiliki, rasa percaya diri memang terbukti.

Saya tidak bisa berkata apa-apa ketika ia mengabari dan meminta bantuan kepada saya yang kerjanya belum stabil dari sisi finansial. 

Sebagai kakak, hanya bisa mengeluh dalam pikiran. Ya, semangat buatmu dan selamat atas pernikahan yang akan berlangsung beberap waktu ke depan.

Buktikan kamu pria, jangan jadi beban di masa depan karena merasa tidak bahagia. Hadapi masalah, dan terima tantangannya. Hanya itu yang bisa saya katakan hari ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Halo, Mei 2024