Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Hari yang Buruk


[Artikel 10#, kategori keluarga] Saya tidak menyangka, baru berjalan satu langkah, sudah terkena masalah. Saya akan mengingat ini selalu bahwa menjalani hidup tidak ada yang mudah. Bahkan hanya hitungan jam dari kebahagiaan.

Satu hari setelah menyapa April dengan membawa banyak harapan yang terasa gundah gulana, saya dipertemukan persoalan yang membuat saya begitu menyedihkan. Baik sebagai kakak, maupun sebagai kekasih.

Harus menjadi kuat

Keadaan yang sudah menggrogoti seseorang, lalu dengan mengharapkannya dapat berubah adalah kesia-siaan belaka. Apa yang dikatakan sebelumnya seperti omong kosong. Kenyataannya, berubah sangatlah susah.

Kabar itu datang. Sambil membawa pikiran yang awalnya sudah tenang, mendadak menjadi dangkal. Marah, kesel, dan pada akhirnya menyumpah pada diri sendiri.

Andai saya lebih kuat menjadi manusia, mungkin keadaanya tidak begini. Kuat dari sisi finasial, kuat sebagai seseorang dan kuat bagi mereka yang merasa terasing di dalam keluarga.

*Melepas nafas

Belum reda

Saat ingin menunjukkan baik-baik saja, tanpa diketahui bahwa saya sangat sedih, Dia malah juga datang dengan kedustaan. Pikiran yang awalnya biasa, mendadak ikut tersiksa.

Entah apa yang salah hari itu. Ini adalah hari yang buruk. Apakah ini nasib dari mereka yang berbuat dosa di masa lalu? Atau memang saya saja yang sial karena melakukan banyak kesalahan.

Hati saya sangat panas. Kepala saya mau pecah. Namun tanpa sadar saya menitikkan air mata. Malam ini terasa begitu panjang. Saya ingin menjadi kuat, perasaan saya sambil menggenggam batin.

Dua masalah datang bersamaan. Untuk mereka yang dapat bertahan, saya acungi jempol. Saya begitu gagal menjadi diri sendiri saat ini. Padahal masih banyak masalah di masa depan yang akan dihadapi.

Bagaimana bisa saya menyongsong masa depan bila ternyata saya lemah keadaannya?

*Menghela nafas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh