Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Hari yang Buruk


[Artikel 10#, kategori keluarga] Saya tidak menyangka, baru berjalan satu langkah, sudah terkena masalah. Saya akan mengingat ini selalu bahwa menjalani hidup tidak ada yang mudah. Bahkan hanya hitungan jam dari kebahagiaan.

Satu hari setelah menyapa April dengan membawa banyak harapan yang terasa gundah gulana, saya dipertemukan persoalan yang membuat saya begitu menyedihkan. Baik sebagai kakak, maupun sebagai kekasih.

Harus menjadi kuat

Keadaan yang sudah menggrogoti seseorang, lalu dengan mengharapkannya dapat berubah adalah kesia-siaan belaka. Apa yang dikatakan sebelumnya seperti omong kosong. Kenyataannya, berubah sangatlah susah.

Kabar itu datang. Sambil membawa pikiran yang awalnya sudah tenang, mendadak menjadi dangkal. Marah, kesel, dan pada akhirnya menyumpah pada diri sendiri.

Andai saya lebih kuat menjadi manusia, mungkin keadaanya tidak begini. Kuat dari sisi finasial, kuat sebagai seseorang dan kuat bagi mereka yang merasa terasing di dalam keluarga.

*Melepas nafas

Belum reda

Saat ingin menunjukkan baik-baik saja, tanpa diketahui bahwa saya sangat sedih, Dia malah juga datang dengan kedustaan. Pikiran yang awalnya biasa, mendadak ikut tersiksa.

Entah apa yang salah hari itu. Ini adalah hari yang buruk. Apakah ini nasib dari mereka yang berbuat dosa di masa lalu? Atau memang saya saja yang sial karena melakukan banyak kesalahan.

Hati saya sangat panas. Kepala saya mau pecah. Namun tanpa sadar saya menitikkan air mata. Malam ini terasa begitu panjang. Saya ingin menjadi kuat, perasaan saya sambil menggenggam batin.

Dua masalah datang bersamaan. Untuk mereka yang dapat bertahan, saya acungi jempol. Saya begitu gagal menjadi diri sendiri saat ini. Padahal masih banyak masalah di masa depan yang akan dihadapi.

Bagaimana bisa saya menyongsong masa depan bila ternyata saya lemah keadaannya?

*Menghela nafas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Halo, Mei 2024