Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Dua Bulan


[Artikel 36#, kategori Cinta] Apa yang terjadi? Bagaimana kisah selanjutnya antara kami? Romi dan Anjani, saya ingin mengambil inisial ini ke dalam cerita kali ini. Kehidupan yang indah terus mendatangkan kegeraman, kekesalan dan kadang hilang seperti koneksi internet yang byar pet.

Hari ini kami merayakan dua bulanan. Kisah yang tak gaduh beberapa kali ini berakhir dengan rasa bahagia karena mencoba terus memahami. Kami semakin sadar bahwa hubungan kami tidak akan kekal. Tidak bisa bersatu di masa depan.

Ketika mengetahui bahwa hubungan ini layaknya menyewa rumah yang sewaktu-waktu dapat memisahkan kami, pasangan saya terus menujukkan kegelisahannya. Benih-benih cinta yang semakin merasuk, membuatnya mengambil cara untuk bertengkar agar ada yang saling menyerah satu sama lain.

Sangat aneh sebagai pasangan, bukan? Disaat semua berpikir menjalin hubungan akan kekal abadi selamanya hingga maut memisahkan, kami malah sepakat menikmati selagi sempat.

Lebih banyak air mata

Bukan tanpa sebab bahwa perbedaan umur yang mencolok membuat kegaduhan yang seharusnya dapat diselesaikan lebih sederhana malah menyebabkan sifat egois satu sama lain.

Bahkan yang awalnya bernuansa kesenangan, dalam sekejap mata berupa keheningan. Saya memilih mengambil sikap lunak dan membiarkannya memegang kendali. Saya sangat mencintainya.

Suatu ketika, saya berada di momen yang membuat saya memikirkannya lebih banyak. Ia seakan menunjukkan bahwa tidak ada dirinya seharian berkomunikasi adalah bentuk ia begitu sayangnya menahan diri untuk tetap menjaga hubungan.

Tanpa sadar dalam perjalanan kedua bulan ini, hujan lebih banyak turun. Sama seperti perasaan dibalik suara yang disembunyikan. Ia benar-benar kuat meski air mata terkadang membasahi pipinya. 

Cemburu

Semua kisah yang dilalui pada akhirnya berakhir bahagia. Entah esok hari. Yang pasti, rasa cemburunya kali ini lebih besar sering diutarakan. 

Untuk mendamaikan perasaan, pesan teks saja tidak cukup. Sering kali kami hanya saling memandang di depan layar ponsel masing-masing. Ia memiliki bibir yang indah.

...

Saya hampir saja pasrah menerima keputusannya untuk mengakhiri hubungan. Malam yang terasa panjang itu padahal tidak diprediksi bakal hujan atau guntur yang berdendang. Sungguh, cobaan yang datang kali ini paling besar.

Kisah kami masih tetap berlanjut hari ini. Perayaan kecil layaknya sebuah pasangan yang jatuh cinta di masa remaja adalah momen terbaik untuk kembali berpelukan. Meski hanya dalam bentuk virtual.

Terima kasih, kamu.
Yang tetap bertahan dan berusaha tersenyum.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh