Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo April 2020


[Artikel #70, kategori catatan]  Semenjak awal tahun 2020, baru kali ini saya menyapa nama bulan. Entah kenapa April yang akhirnya jari jemari ini berlabuh di sana. Menyebut bulan keempat ini, mengingatkan saya pada nama perempuan. 

Rabu pagi, 1 April 2020, cuacanya sangat cerah di Ibu Kota Jawa Tengah kali ini. Rencananya pagi hari saya ingin bersepeda. Namun karena perut mendadak lapar, saya batalin.

Saya ingin segera menyapa April sebenarnya. Berbicara kepadanya dan mengajaknya mendengarkan keluh kesah saya. Lihat dompet saya kosong melompong.

Tidak ada pemasukan

Corona adalah satu-satunya penyebab pendapatan saya mendadak seret. Meski begitu, saya belajar dari sini bahwa saya tidak dapat mengandalkan dotsemarang dikala online dari sisi pemasukan.

Saya tertampar kenyataan karena tidak adanya pemasukan. Berpikir dotsemarang adalah perusahaan, mungkin sedang berada di titik bawah. Saya harus belajar hari ini.

Memang perasaan saya sedikit tenang karena bisa dituangkan dalam tulisan. Tapi kehidupan sehari-hari, perlu juga disambungkan. Saya tidak ingin begitu mengeluh. Karena saya tahu, ada yang hidupnya dari saya lebih susah.

Kenyataan lainnya, keluarga mulai bergantung pada pendapatan yang dihasilkan anak-anaknya. Saya di sini benar-benar gagal menjadi pria yang katanya sayang keluarga.

Tidak tahu harus berkata apa

Hari-hari yang saya lewati akhir-akhir ini lebih menyenangkan. Dia bukan sekedar menjadi kekasih, tapi juga teman yang punya cinta kasih. Kehidupan tahun ini rasanya masih ada harapan melihat diri saya tetap bertahan.

Ketika tiba waktunya menyapa lewat si April  lewat kata-kata, perasaan saya mendadak tersentak. Kejadian kembali berulang. Sebuah harapan yang diangkat tinggi-tinggi sesama anggota keluarga mendadak membuat sedih.

Mau marah, rasanya percuma. Bersedih, hanya itu yang bisa dilakukan. Tidak tahu lagi harus berkata apa. Saya cemburu dengan kisah pria sukses yang didukung keluarganya. Harapan itu seperti hanya mimpi di siang bolong.

...

Hari ini, akhirnya saya merasakan ayam goreng setelah semingguan hanya memakan telur rebus. Terkadang mie rebus yang dimasak hanya lewat air panas listrik. Kompor gas sedang habis. Benar-benar tantangan yang dihadapi semenjak wabah virus Corona masuk ke Indonesia.

April, saya berharap banyak kali ini. Lebih dari April sebelumnya. Bila kamu ingin mengatakan saya menyedihkan, biarlah. Toh, April akan membuka lembaran barunya. Semoga ada kisah bahagia untuk diceritakan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya