Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Senin


[Artikel 11#, kategori rumah] Banyak hal yang bisa dilakukan hari Senin. Tapi buat saya, Senin adalah waktunya bersihin rumah. Melakukan ini terdengar mudah, tapi juga sebagai olahraga. Tubuh berkeringat dan berharap gerakan tubuh bagian tengah dapat membuat perut terlihat six pack.

Ah bercanda. Itu tidak mungkin. Lagian untuk mendapatkan perut six pack tidak diperlukan sekarang. Saya bukan atlit, olahragawan, influencer atau tokoh publik.

Sekeder membersihkan dengan sapu dan alat pel udah cukup membuat hari Senin memberi rutinitas yang menguras tenaga. Maksudnya tubuh dapat bergerak. Maklum kebanyakan duduk di depan laptop.

Bagaimana hari Seninmu? Apakah rutin juga seperti saya?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh