Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Senin


[Artikel 11#, kategori rumah] Banyak hal yang bisa dilakukan hari Senin. Tapi buat saya, Senin adalah waktunya bersihin rumah. Melakukan ini terdengar mudah, tapi juga sebagai olahraga. Tubuh berkeringat dan berharap gerakan tubuh bagian tengah dapat membuat perut terlihat six pack.

Ah bercanda. Itu tidak mungkin. Lagian untuk mendapatkan perut six pack tidak diperlukan sekarang. Saya bukan atlit, olahragawan, influencer atau tokoh publik.

Sekeder membersihkan dengan sapu dan alat pel udah cukup membuat hari Senin memberi rutinitas yang menguras tenaga. Maksudnya tubuh dapat bergerak. Maklum kebanyakan duduk di depan laptop.

Bagaimana hari Seninmu? Apakah rutin juga seperti saya?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya