Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Mobil Depan Rumah


[Artikel 9#, kategori rumah] Saya pernah trauma ketika tinggal di rumah lama saat menaruh mobil di depan rumah tetangga. Tidak ada suara gemuruh waktu itu hingga terkejut saat dihampiri pemilik rumah yang merasa terganggu. Saya dan keluarga, sempat berdebat dengan pemilik rumah meski kami harus tetap mengalah.

Sebulanan ini, saya semakin sering melihat mobil tetangga menaruh (parkir) di depan rumah yang saya tinggali sekarang. Entah kenapa tetangga melakukan itu. Apakah karena tempatnya teduh atau mereka tidak punya ruang parkir lagi di dekat rumahnya.

Trauma masa lalu melintas begitu saja seperti yang saya ceritakan di awal paragraf. Apa yang harus saya lakukan? Mengulang sejarah seperti masa lalu, atau membiarkan mobil itu yang silih berganti menaruh mobil di depan rumah.

Dalam pikiran kecil, saya ingin melakukannya. Menarik tarif parkir jika boleh. Tapi, tapi... Tidak enak juga rasanya merasakan teguran seperti yang pernah saya rasakan. Saya tidak ingin menjadi pemarah seperti tetangga dulu saya.

Ya, saya adalah orang baik. Kata hati nurani. Biarlah mobil itu di sana meski tak pernah bicara kepada saya, sekedar meminta izin menaruh mobilnya.

*Saya masih ingat ketika dulu ditegur tetangga, saya bilang ke security rumah bagaimana saya parkir mobil ini. Pak security yang malah menyarankan di depan rumah tetangga tersebut.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

Review Film Tum Bin 2 (2016)