Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Awalnya Izin Tidak Main, Eh Malah Bisa Main


[Artikel 52#, kategori futsal] Saya sudah pasrah ketika Jumat pekan ketiga di bulan Maret harus dilewati karena berkegiatan ke luar kota lagi bareng Disporapar Jateng. Dari sini saya belajar, secinta-cintanya saya bermain futsal, tetap saja teralihkan ketika harus liputan.

Saya sedang berada di bis, melihat pemandangan indah yang dilewati. Hari kedua, Jumat (13/3), saya tidak menyangka bahwa alasan futsal kali ini lagi-lagi karena sebuah pekerjaan. Saya sedih kenapa tahun ini banyak kegiatan dilakukan pas ada hari Jumat-nya.

Sebelum hari keberangkatan, saya bingung bagaimana bola yang saya bawa untuk dipakai setiap bermain harus saya kasihkan kepada salah satu rekan. Untunglah itu dapat dilakukan dan saya tenang bola dapat digunakan hari Jumat besok.

Karena kepergian kali ini adalah tanggung jawab dari sebuah pekerjaan, saya mengikhlaskan diri untuk tidak bermain. Kesempatan seperti ini tidak mungkin saya lepaskan.

Namun kebahagiaan itu datang seperti melihat sinar matahari terbit di pagi hari. Kunjungan tempat wisata rombongan kami ternyata berakhir lebih cepat. Itu artinya saya dapat bermain futsal malam harinya.

Saya tidak menyangka bahwa itu benar-benar nyata saat akhirnya tiba di depan kantor Disporapar Jateng yang berada di jalan Pemuda sore hari. Masih ada beberapa jam dan kali ini dipastikan tidak terlambat datang ke lapangan.

Ini luar biasa, perasaan saya saat sudah di dalam lapangan.
Saya tidak jadi libur futsal.

Tubuh yang tidak banyak beristirahat kali ini karena kebanyakan duduk dalam perjalanan dengan bis, mendadak teralihkan dengan kebahagiaan.

Aneh rasanya bahwa cinta itu dapat mengubah waktu. 
Terima kasih, Tuhan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions