Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Dunia Tanpa Tayangan Sepak Bola


[Artikel 37#, kategori sepakbola] Tiada menyangka bahwa asyiknya pertandingan sepak bola di televisi akhirnya berakhir karena wabah. Pengorbanan beli kuota hingga meniadakan malam minggu karena tidak memiliki pasangan, kini terasa hampa. Dunia seakan berhenti begitu saja.

Virus Corona benar-benar berhasil menghentikan sebuah negara, termasuk liga-liga Eropa. Indahnya La Liga, Cepatnya Liga Inggris dan Asyiknya melihat bintang Seri A, kini bukan lagi menjadi daftar aktivitas rutin di depan layar.

Sepak bola telah hilang

Bila hanya sebagai penonton saja, sebenarnya saya diuntungkan dari sisi hemat kuota. Waktu yang banyak luang dan pikiran yang lebih tenang karena tim kesayangan tidak kalah bertanding semalam.

Namun bagaimana dengan penonton yang membeli tiket terusan satu musim? Para pekerja stadion, pemasukan klub hingga nasib hak siar televisi yang berdampak pada gaji pemain. Semua dibuat pusing memikirkannya.

Bagi sebagian penduduk dunia, sepak bola menjelma layaknya kepercayaan. Sepak bola tidak lagi tentang kesenangan dan impian, tapi sebuah industri yang menguntungkan.

Sengitnya Liga Eropa dan Liga Champions bukan hanya membuat waktu tidur para pekerja pagi dan mereka yang beraktivitas di dunia pendidikan terganggu. Tapi itulah seni kenikmatannya bagi para penggemar sejati klub kesayangan.

Bagi saya, penonton layar biasa, hanya berdampak kehilangan gairah yang biasanya menunggu dengan semangat tiap akhir pekan. Meski tim kesayangan kalah.

Bagaimana nasib para pemainnya?

Saya tidak tahu karena saya bukan Lionel Messi atau Ronaldo. Saya hanya berbicara tentang apa yang saya rasakan saja sebagai penggemar biasa.

Corona yang memberi ketakutan akan selalu diingat dalam pikiran setiap orang di dunia ini. Sepak bola yang menyenangkan, menggembirakan dan bahkan ngeselin sudah tidak lagi bersama saya beberapa minggu ini.

Saya harap wabah ini lekas pergi dan mengembalikan rutinitas saya setiap akhir pekan dan tengah pekan setiap sebulan sekali. Mari berharap yang terbaik untuk kita semua.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Halo, Mei 2024