Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sulitnya Menjaga Mood Wanita


[Artikel 31#, kategori wanita] Pernah dengar istilah wanita itu menakutkan? Saat mereka (sebagian) bahagia, itu sangat menyenangkan. Sebaliknya ketika kesel, marah atau diam, mereka bukan lagi orang yang menyenangkan. Bukan hanya satu hari mereka dapat berubah, beberapa jam, hingga beberapa menit.

Dia memiliki senyum yang indah. Bibir yang manis dan aura positif yang mengitarinya. Pria yang jatuh cinta kepadanya sangat beruntung, apalagi bersanding dengannya.

Namun memilikinya memiliki konsekuensi. Dunia yang indah mengitarinya seperti siang dan malam. Hari ini kami bersenang-senang, tertawa, dan bergembira. Beberapa waktu kemudian, ia menghilang. Menyimpan kesal dan amarah karena hal sepele yang dianggapnya besar.

Ia berjanji, akan tidak mengulangi dan mencoba mengatur emosinya. Namun seperti api yang diberi minyak, setetes saja sudah langsung memetik panas yang tiada tara.

Saya berusaha tegar, sabar dan tabah. Ini adalah perjalanan. Langkah di masa depan yang dimulai hari ini. Anggap saja ia adalah wanita yang baru memasuki masa puber. Mengekspresikan diri dan tidak tahu harus melakukan apa.

Mungkin saja, ia begitu mencintai pasangannya. Hanya tidak mengerti bagaimana meluapkan perasaannya. Dia adalah gadis yang dicintai dan dihormati. Sungguh, ia mengingatkan saya pada anak kecil yang bermanja-manja saat berjumpa dengan ayahnya. Mungkin saja.

Sudah jadi rutinitas

Saya berharap dapat bertahan. Menahan diri dari perkataan yang tidak sengaja karena jengkel dibuatnya. Moodnya semakin susah dikendalikan. Kadang ia meninggalkan masalah di tengah percakapan. Mengunci diri (matikan internet) agar tidak dicari.

Saya yang merasakan terus pusing dibuatnya. Andai saya adalah dewa yang punya hati baja dan belas kasih, mungkin rutinitas saat ia kesal dan marah tidak jadi masalah. Saya hanya perlu fokus dengan yang lain agar tidak menjadi galau karenanya.

Saya tahu tidak sempurna. Begitu pun dia yang hanya seorang wanita. Kami terus belajar agar sama-sama saling terbiasa dan menerima sifat kekurangan.

Andai suatu hari tidak bersama, saya harap dia dapat menjaga perasaannya yang sering berubah-ubah. Saya bukan mengeluh karena lelah. Saya hanya berharap kegagalan yang saya dapatkan karena tidak mempertahankannya, tidak berulang kepada pria lainnya yang menemaninya.

Biarkan saya dicaci, dimarahi atau dikunci dalam keheningan. Asal dia masih di samping saya, saya rela menahan derita tersebut. Tidak ada yang indah selain cinta yang kekal. Tidak ada kisah bahagia bila kisah sedih tidak mampu dilewati.

*Gambar ilustrasi
...

Menjaga mood atau perasaan wanita benar-benar sangat sulit. Hari ini tertawa, besok mengeluh menderita. Satu jam tersenyum, beberapa jam berikutnya hilang karena cemberut.

Hanya bisa pasrah dan berharap segera kembali mood-nya. Semua akan indah pada waktunya. Semua akan pergi pada akhirnya. Saat masih ada kesempatan, paksalah diri untuk melakukan yang terbaik untuknya.

*Saya berharap bisa jadi sempurna sebagai pria.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya